
Pabrik Baru Lotte & Chandra Asri Pangkas 60% Impor Petrokimia
Samuel Pablo, ²©²ÊÍøÕ¾
18 May 2018 14:33

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Lotte Group berencana memulai groundbreaking pabrik petrokimia senilai Rp 48 triliun pada akhir tahun ini.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustran Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan pabrik itu ditargetkan selesai dibangun pada 2023, atau berbarengan dengan tuntasnya pembangunan pabrik PT Chandra Asri.
Sigit mengatakan apabila pabrik Lotte dan Chandra Asri beroperasi maka Indonesia bisa mengurangi impor produk petrokimia hingga lebih dari 60%.
Adapun saat ini impor produk petrokimia RI mencapai US$ 15 miliar.
Namun, di sisi lain beroperasinya pabrik baru ini akan berdampak pada meningkatnya impor nafta crackers sebagai bahan baku petrokimia.
"Nafta crackers selaku bahan baku petrokimia kita memang kurang sehingga masih impor, tapi kan produksi setelah itu bisa disubstitusi. Kan kita sekarang tidak hanya impor nafta, tapi propylene, ethylene juga. Kalau pabrik ini jadi kan propylene dan ethylene sebagian akan tidak impor," jelasnya.
Sigit menjelaskan, investasi di sektor industri hulu sudah pasti memerlukan biaya yang besar sehingga harus terintegrasi.
"Industri kimia itu kalau dia stand alone, pasti nggak akan ekonomis, pasti gulung tikar. Kan banyak tuh yang kita punya di Cilegon gulung tikar karena tidak terintegrasi. Selama ini Lotte punya pabrik di sini kan utk polyethylene dan polypropylene tapi bahan baku ethylene-nya dia impor. Nah, sekarang dia bergeser ke industri hulu. Begitu bergeser ke hulu, industri hilirnya banyak sekali nilai tambahnya dan itu yang mereka mau kerjakan," pungkasnya.
(ray/ray) Next Article Lotte Mulai Bangun Pabrik Petrokimia Rp 48 T Akhir Tahun ini
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustran Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan pabrik itu ditargetkan selesai dibangun pada 2023, atau berbarengan dengan tuntasnya pembangunan pabrik PT Chandra Asri.
Sigit mengatakan apabila pabrik Lotte dan Chandra Asri beroperasi maka Indonesia bisa mengurangi impor produk petrokimia hingga lebih dari 60%.
Namun, di sisi lain beroperasinya pabrik baru ini akan berdampak pada meningkatnya impor nafta crackers sebagai bahan baku petrokimia.
"Nafta crackers selaku bahan baku petrokimia kita memang kurang sehingga masih impor, tapi kan produksi setelah itu bisa disubstitusi. Kan kita sekarang tidak hanya impor nafta, tapi propylene, ethylene juga. Kalau pabrik ini jadi kan propylene dan ethylene sebagian akan tidak impor," jelasnya.
Sigit menjelaskan, investasi di sektor industri hulu sudah pasti memerlukan biaya yang besar sehingga harus terintegrasi.
"Industri kimia itu kalau dia stand alone, pasti nggak akan ekonomis, pasti gulung tikar. Kan banyak tuh yang kita punya di Cilegon gulung tikar karena tidak terintegrasi. Selama ini Lotte punya pabrik di sini kan utk polyethylene dan polypropylene tapi bahan baku ethylene-nya dia impor. Nah, sekarang dia bergeser ke industri hulu. Begitu bergeser ke hulu, industri hilirnya banyak sekali nilai tambahnya dan itu yang mereka mau kerjakan," pungkasnya.
(ray/ray) Next Article Lotte Mulai Bangun Pabrik Petrokimia Rp 48 T Akhir Tahun ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular