²©²ÊÍøÕ¾

Impor LPG Makin Tinggi, Jonan: Bisa Pakai Jaringan Gas

Wahyu Daniel & anastasia Arvirianty, ²©²ÊÍøÕ¾
25 June 2018 21:08
Menteri Jonan mengatakan untuk mengatasi tingginya impor LPG sebenarnya bisa dengan memanfaatkan program jaringan gas dan pengembangan DME
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Sebentar lagi pemerintah akan menerbitkan LPG 3 kilogram non-subsidi, gas tabung ini diluncurkan demi mengendalikan konsumsi yang semakin tinggi dan mengakibatkan impor yang membengkak.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan konsumsi LPG isa mencapai 6,5 juta metrik ton (MT) di tahun ini, sementara untuk memenuhi kebutuhan tersebut 70%-nya harus impor atau sebanyak 4,5 juta MT. Besarnya angka impor itu, sering membuat orang bertanya-tanya kemana atau digunakan untuk apa produksi gas dari dalam negeri?



Jonan menjelaskan produksi gas Indonesia cukup tinggi yakni mencapai 1,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), jika jumlah ini dikonversi menjadi LPG sebenarnya masih bisa mencukupi. "Tetapi, banyak gas kita adalah gas kering sehingga tidak bisa diubah jadi LPG," kata Jonan saat berbincang di Hotel Four Seasons, Washington, Amerika Serikat, Senin (25/6/2018).

Untuk menghasilkan gas melon, gas yang dibutuhkan adalah gas dengan kandungan propan (C3) dan butan (C4). Sementara, lapangan gas di Indonesia lebih banyak menghasilkan C1 dan C2. Agar kebutuhan akan gas masyarakat bisa dipenuhi, sebenarnya kementerian memiliki beberapa alternatif seperti memperbanyak program jaringan gas atau pengembangan DME (dimethyl ether) dari batu bara jadi bahan bakar gas.

"Mungkin bisa bikin program nasional jaringan gas, tapi ini belum ada pengesahannya. Industri ini tidak kreatif, kalau mau bikin DME itu bisa ganti semua LPG. Tabung tidak pergu ganti," jelasnya.

Selama ini untuk pengembangan jaringan gas masih berupa penugasan pemerintah, artinya pembangunan dibiayai oleh APBN yang terbatas dananya. Ide agar jaringan gas bisa semakin ekspansif dengan membuka pintu kerja sama ke swasta sudah banyak dilontarkan, namun masih dalam tahap pembahasan oleh pemerintah.



Persiapan LPG Non-Subsidi

Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan saat ini perseroan tengah menyiapkan peluncuran LPG 3 kg non subsidi. Ide mengapa yang dipilih adalah tabung 3 kg, menurutnya agar lebih ringan dan bisa dinikmati oleh banyak orang. "5 kilogram itu berat. 1 Juli mau dilaunching di Jakarta dan Surabaya, jadi tabungnya lebih ringan," kata Nicke, di kesempatan yang sama.

Meski meluncurkan 3 Kg non-subsidi, ia menegaskan Pertamina tidak akan menghilangkan gas melon yang sudah bertahun-tahun akrab di masyarakat. Selain subsidi yang masih jalan, juga ada rencana soal distribusi subsidi tertutup untuk gas melon ini seperti yang telah dilakukan di Batam.



"Program 3 kilogram non subsidi itu business as usual, harganya nanti Rp 36 ribu - 39 ribu per tabung," katanya.

Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menuturkan, pemerintah akan menerbitkan kartu untuk pemberian subsidi LPG 3 kg. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya subsidi tertutup yang lebih tepat sasaran. "Nanti kan bakal ada kartu untuk pemberian subsidi LPG 3 kg. Untuk anggaran proses pemberian subsidi tertutup itu nanti dari Kementerian Sosial, sedangkan kami hanya menganggarkan untuk subsidi LPG-nya saja," tutur Arcandra kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (25/6/2018).
Ìý
Kendati demikian, dirinya masih enggan menyebutkan kapan subsidi tertutup tersebut akan diberlakukan.
Ìý
(gus/gus) Next Article Skema Penyaluran LPG Subsidi 3 Kg Masih Belum Jelas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular