Internasional
Jadi Korban Perang Dagang Trump, Petani AS Dapat Rp 172 T
Rehia Sebayang, ²©²ÊÍøÕ¾
25 July 2018 11:07

"Petani kami, produsen kami, mereka tidak menginginkan dana talangan," kata Simon Wilson, direktur eksekutif Kantor Perdagangan Dakota Utara, dalam acara 'Closing Bell' ²©²ÊÍøÕ¾ pada hari Selasa. "Mereka tidak menginginkan bantuan ini dalam jangka pendek. Mereka menginginkan stabilitas jangka panjang."
Ìý
Dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International, Wilson menambahkan, "Banyak orang dirugikan, jadi akan perlu banyak uang yang harus dibagikan."
Ìý
Porsu terbesar rencana bantuan ini akan digunakan pemerintah federal ditargetkan untuk produsen kedelai, sorgum, jagung, gandum, kapas, susu dan babi.
Ìý
Beberapa ahli sebelumnya telah memperingatkan bahwa bantuan pemerintah atau subsidi baru dapat mengacaukan atau mengganggu pasar dan akhirnya memiliki konsekuensi negatif bagi industri pertanian, yang juga mungkin dapat menyebabkan lebih banyak pembalasan terhadap ekspor pertanian lainnya.
Ìý
Namun, Glauber mengatakan bahwa program ini kemungkinan akan dianggap sebagai "dukungan produser" dan tampaknya ditargetkan terhadap penurunan harga pasar komoditas tertentu, yang berarti itu bisa dianggap menentang komitmen AS dari WTO.
Ìý
"Kami telah menjalankan dukungan [produser] yang cukup rendah dalam beberapa tahun terakhir, tetapi ini tentu akan membingungkan dan akan membuat orang-orang melihat tindakan tersebut dengan sangat hati-hati," kata Glauber. "Juga akan melihat cara kami menyusun program-program itu dengan sangat hati-hati."
Ìý
Harga Kedelai saja telah anjlok hampir 20% sejak April ketika China pertama kali mengumumkan tarif impor 25% bagi kedelai AS. Itu berarti petani mendapatkan harga yang lebih rendah untuk komoditi, dan pada tingkat ini ada yang tidak cukup untuk menutupi tagihan. Beijing mulai menerapkan tarif impor pada kedelai AS pada 6 Juli.
Ìý
Beberapa tarif impor sektor pertanian adalah tolok ukur untuk menanggapi tarif Gedung Putih pada baja dan aluminium impor, sementara bebrapa tarif impor lainnnnya akan diberlakukan oleh Beijing setelah emnerapkan gelombang tarif impor lainnya. Presiden Trump juga mengancam akan menerapkan tarif impor senilai US$500 miliar tambahan terhadap China, yang dapat dibalas dengan jumlah yang setara atau bahkan lebih oleh ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Ìý
(roy/roy)
Ìý
Dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International, Wilson menambahkan, "Banyak orang dirugikan, jadi akan perlu banyak uang yang harus dibagikan."
Ìý
Porsu terbesar rencana bantuan ini akan digunakan pemerintah federal ditargetkan untuk produsen kedelai, sorgum, jagung, gandum, kapas, susu dan babi.
Ìý
Beberapa ahli sebelumnya telah memperingatkan bahwa bantuan pemerintah atau subsidi baru dapat mengacaukan atau mengganggu pasar dan akhirnya memiliki konsekuensi negatif bagi industri pertanian, yang juga mungkin dapat menyebabkan lebih banyak pembalasan terhadap ekspor pertanian lainnya.
Ìý
Ìý
"Kami telah menjalankan dukungan [produser] yang cukup rendah dalam beberapa tahun terakhir, tetapi ini tentu akan membingungkan dan akan membuat orang-orang melihat tindakan tersebut dengan sangat hati-hati," kata Glauber. "Juga akan melihat cara kami menyusun program-program itu dengan sangat hati-hati."
Ìý
Harga Kedelai saja telah anjlok hampir 20% sejak April ketika China pertama kali mengumumkan tarif impor 25% bagi kedelai AS. Itu berarti petani mendapatkan harga yang lebih rendah untuk komoditi, dan pada tingkat ini ada yang tidak cukup untuk menutupi tagihan. Beijing mulai menerapkan tarif impor pada kedelai AS pada 6 Juli.
Ìý
Beberapa tarif impor sektor pertanian adalah tolok ukur untuk menanggapi tarif Gedung Putih pada baja dan aluminium impor, sementara bebrapa tarif impor lainnnnya akan diberlakukan oleh Beijing setelah emnerapkan gelombang tarif impor lainnya. Presiden Trump juga mengancam akan menerapkan tarif impor senilai US$500 miliar tambahan terhadap China, yang dapat dibalas dengan jumlah yang setara atau bahkan lebih oleh ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Ìý
Next Page
Arah yang benar
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular