Internasional
Perang Dagang, Jepang Banyak Ekspor ke AS
Ester Christine Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
19 September 2018 13:23

Tokyo, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pertumbuhan ekspor Jepang meningkat di bulan Agustus dari sebulan sebelumnya, didorong oleh kuatnya pengiriman barang ke Amerika Serikat (AS). Ini merupakan sebuah tanda bahwa memanasnya perang dagang antara Washington dan Beijing belum berdampak ke perdagangan Jepang.
Namun, kenaikan ekspor ke AS dapat membuat Tokyo berada di bawah tekanan Presiden AS Donald Trump menjelang diskusi dagang bilateral yang diprediksi akan berlangsung bulan ini, kata sejumlah analis.
Para anggota dewan Jepang juga mengkhawatirkan dampak perang dagang AS-China yang memanas terhadap ekspor negara itu.
Beijing menerapkan bea masuk baru terhadap produk impor AS senilai US$60 miliar (Rp 893,9 triliun) sebagai bentuk balasan terhadap bea masuk yang AS kenakan ke produk impor China senilai US$200 miliar.
Ekspor Jepang naik 6,6% di bulan Agustus dari setahun sebelumnya, melampaui prediksi pertumbuhan 5,6% dari para ekonom di polling Reuters serta kenaikan 3,9% di bulan Juli, menurut data Kementerian Keuangan yang dikutip Reuters dan ditampilkan hari Rabu (19/9/2018).
Ekspor Jepang ke AS naik 5,3% sepanjang tahun ini sampai Agustus, kenaikan pertama dalam tiga bulan yang didorong oleh obat-obatan, konstruksi, dan mesin pertambangan.
Ekspor mobil ke AS turun selama tiga bulan berturut-turut, mundur dari pengiriman cepat tahun lalu.
Meskipun begitu, data perdagangan juga menunjukkan impor dari AS melonjak 21,5% di bulan Agustus didorong oleh pesawat dan gas alam cair (liquefied natural gas/ LNG). Kenaikan itu memangkas surplus dagang Jepang dengan AS sebanyak 14,5% secara tahunan (year-on-year/ yoy) menjadi 455,8 miliar yen (Rp 60,3 triliun).
"Secara keseluruhan, perang dagang AS-China akan memberi dampak negatif ke ekspor dan perekonomian Jepang," kata Koya Miyamae, ekonom di SMBC Nikko Securities.
"Namun dampaknya tidak terlihat di data perdagangan bulan Agustus. Segala bentuk imbas bisa muncul dari bulan September sampai seterusnya."
Beberapa analis kurang optimis.
Capital Economics mengatakan pihaknya memprediksi data musiman yang disesuaikan keluar pada hari Rabu untuk menunjukkan bahwa volume impor Jepang juga melampaui volume ekspor di bulan Agustus.
"Ini akan menjadi tanda bahwa pertumbuhan ekspor lebih sedikit ketimbang impor dalam dua bulan berturut-turut dan mendukung pandangan kami bahwa ekspor bersih masih membebani pertumbuhan PDB [produk domestik bruto] di Q3 [kuartal ketiga]," tulisnya dalam sebuah catatan.
Data keluar ketika bank sentral Bank of Japan (BOJ) memperdebatkan akhir peninjauan kebijakan di hari Rabu tentang bagaimana cekcok dagang bisa menurunkan pertumbuhan di ekonomi yang mengandalkan ekspor itu.
Data perdagangan menunjukkan ekspor ke China, mitra dagang terbesar Negeri Matahari Terbit, naik 12,1% sepanjang tahun sampai bulan Agustus.
Jepang berharap bisa mencegah kenaikan bea masuk untuk ekspor mobilnya, serta menangkis permintaan kesepakatan perdagangan bebas dari AS dalam rundingan dagang tahap kedua dengan Negara Paman Sam. Perundingan itu kemungkinan akan diselenggarakan bulan ini.
Jepang khawatir kesepakatan bilateral bisa membuatnya berada di bawah tekanan untuk membuka sektor-sektor yang sensitif secara politik, misalnya pertanian.
Para pemasok komponen dan produsen otomotif Jepang juga khawatir mereka akan terhantam dengan keras jika Washington meloloskan usulan kenaikan bea impor otomotif dan onderdilnya menjadi 25%.
Pengiriman ke Asia, yang menyumbang lebih dari setengah keseluruhan ekspor Jepang, naik 6,8%.
Keseluruhan impor naik 15,4% sepanjang tahun sampai Agustus, cukup sejalan dengan estimasi median yaitu kenaikan tahunan 14,9%.
Keseimbangan dagang mengalami defisit 444,6 miliar yen, sebagian besar sesuai dengan estimasi penurunan 468,7 miliar yen.
(prm) Next Article Era Biden-Harris, Perang Dagang AS-China Berlanjut?
Namun, kenaikan ekspor ke AS dapat membuat Tokyo berada di bawah tekanan Presiden AS Donald Trump menjelang diskusi dagang bilateral yang diprediksi akan berlangsung bulan ini, kata sejumlah analis.
Para anggota dewan Jepang juga mengkhawatirkan dampak perang dagang AS-China yang memanas terhadap ekspor negara itu.
Ekspor Jepang naik 6,6% di bulan Agustus dari setahun sebelumnya, melampaui prediksi pertumbuhan 5,6% dari para ekonom di polling Reuters serta kenaikan 3,9% di bulan Juli, menurut data Kementerian Keuangan yang dikutip Reuters dan ditampilkan hari Rabu (19/9/2018).
Ekspor Jepang ke AS naik 5,3% sepanjang tahun ini sampai Agustus, kenaikan pertama dalam tiga bulan yang didorong oleh obat-obatan, konstruksi, dan mesin pertambangan.
Ekspor mobil ke AS turun selama tiga bulan berturut-turut, mundur dari pengiriman cepat tahun lalu.
![]() |
"Secara keseluruhan, perang dagang AS-China akan memberi dampak negatif ke ekspor dan perekonomian Jepang," kata Koya Miyamae, ekonom di SMBC Nikko Securities.
"Namun dampaknya tidak terlihat di data perdagangan bulan Agustus. Segala bentuk imbas bisa muncul dari bulan September sampai seterusnya."
Beberapa analis kurang optimis.
Capital Economics mengatakan pihaknya memprediksi data musiman yang disesuaikan keluar pada hari Rabu untuk menunjukkan bahwa volume impor Jepang juga melampaui volume ekspor di bulan Agustus.
"Ini akan menjadi tanda bahwa pertumbuhan ekspor lebih sedikit ketimbang impor dalam dua bulan berturut-turut dan mendukung pandangan kami bahwa ekspor bersih masih membebani pertumbuhan PDB [produk domestik bruto] di Q3 [kuartal ketiga]," tulisnya dalam sebuah catatan.
![]() Bank of Japan (BOJ) |
Data perdagangan menunjukkan ekspor ke China, mitra dagang terbesar Negeri Matahari Terbit, naik 12,1% sepanjang tahun sampai bulan Agustus.
Jepang berharap bisa mencegah kenaikan bea masuk untuk ekspor mobilnya, serta menangkis permintaan kesepakatan perdagangan bebas dari AS dalam rundingan dagang tahap kedua dengan Negara Paman Sam. Perundingan itu kemungkinan akan diselenggarakan bulan ini.
Jepang khawatir kesepakatan bilateral bisa membuatnya berada di bawah tekanan untuk membuka sektor-sektor yang sensitif secara politik, misalnya pertanian.
Para pemasok komponen dan produsen otomotif Jepang juga khawatir mereka akan terhantam dengan keras jika Washington meloloskan usulan kenaikan bea impor otomotif dan onderdilnya menjadi 25%.
Pengiriman ke Asia, yang menyumbang lebih dari setengah keseluruhan ekspor Jepang, naik 6,8%.
Keseluruhan impor naik 15,4% sepanjang tahun sampai Agustus, cukup sejalan dengan estimasi median yaitu kenaikan tahunan 14,9%.
Keseimbangan dagang mengalami defisit 444,6 miliar yen, sebagian besar sesuai dengan estimasi penurunan 468,7 miliar yen.
(prm) Next Article Era Biden-Harris, Perang Dagang AS-China Berlanjut?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular