
Ini yang Buat Penyakit Industri Tekstil Diserang Barang Impor
Efrem Siregar, ²©²ÊÍøÕ¾
26 July 2019 20:55

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi sorotan. Utamanya karena terkuatnya dugaan gagal bayar obligasi Duniatex, mencuat ke publik.
Secara umum, kondisi yang dialami industri tekstil dipengaruhi juga oleh perselisihan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Berdasarkan catatan S&P, bea masuk baru senilai 25% yang dikenakan oleh AS untuk produk impor asal China, termasuk tekstil, telah membuat produsen tekstil asal China merelokasi penjualannya ke negara-negara yang lebih bersahabat seperti Indonesia. Hal ini sudah terjadi sejak Mei 2019.
Derasnya impor ini juga disorot Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI). Ada faktor lain selain perang dagang AS-China.
Sekjen APSyFI Redma Gita Wirawasta menilai lonjakan impor pada tahun 2018 diduga disebabkan oleh Permendag 64 Tahun 2017 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil.
"Impor seharusnya tidak diterapkan untuk bahan baku yang bisa dipenuhi oleh industri dalam negeri," kata Redma kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (26/7/2019).
Ia memberikan beberapa usulan revisi. Salah satunya terkait ketentuan impor. Produk TPT yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri HS 52, 54 sampai 62, diusulkan agar dimpor oleh hanya oleh importir yang mengantongi Angka Pengenal Impor-Produsen (API-P) yang mendapat pengenal impor tekstil saja.
Untuk peningkatan daya saing, ia mengatakan pemerintah dapat membantu dengan memberikan insentif. Namun, insentif yang dimaksud, katanya, sebaiknya dipakai untuk meringankan ongkos produksi.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perindustrian Johnny Darmawan untuk menghadapi kompetisi saat ini, industri tekstil perlu mengambil langkah kreatif.
"Ada beberapa perusahaan tekstil atau garmen masih bisa hidup, export oriented karena dia kreatif untuk mengambil pasar-pasar yang berbeda, tidak berkompetisi di segmen yang sama," kata Johnny.
Ia pun memberi contoh, ketika Vietnam memproduksi barang medium ke bawah, industri lokal dapat berkreasi dengan memproduksi barang medium ke atas.
"Nah, hal-hal itulah dipacu karena itu pemerintah memberikan insentif (keringanan pajak) untuk ini," ucapnya.
(hoi/hoi) Next Article RI Kok Masih Doyan Impor APD? Pabrik Lokal Teriak
Secara umum, kondisi yang dialami industri tekstil dipengaruhi juga oleh perselisihan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Berdasarkan catatan S&P, bea masuk baru senilai 25% yang dikenakan oleh AS untuk produk impor asal China, termasuk tekstil, telah membuat produsen tekstil asal China merelokasi penjualannya ke negara-negara yang lebih bersahabat seperti Indonesia. Hal ini sudah terjadi sejak Mei 2019.
Derasnya impor ini juga disorot Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI). Ada faktor lain selain perang dagang AS-China.
Sekjen APSyFI Redma Gita Wirawasta menilai lonjakan impor pada tahun 2018 diduga disebabkan oleh Permendag 64 Tahun 2017 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil.
"Impor seharusnya tidak diterapkan untuk bahan baku yang bisa dipenuhi oleh industri dalam negeri," kata Redma kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (26/7/2019).
Ia memberikan beberapa usulan revisi. Salah satunya terkait ketentuan impor. Produk TPT yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri HS 52, 54 sampai 62, diusulkan agar dimpor oleh hanya oleh importir yang mengantongi Angka Pengenal Impor-Produsen (API-P) yang mendapat pengenal impor tekstil saja.
Untuk peningkatan daya saing, ia mengatakan pemerintah dapat membantu dengan memberikan insentif. Namun, insentif yang dimaksud, katanya, sebaiknya dipakai untuk meringankan ongkos produksi.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perindustrian Johnny Darmawan untuk menghadapi kompetisi saat ini, industri tekstil perlu mengambil langkah kreatif.
"Ada beberapa perusahaan tekstil atau garmen masih bisa hidup, export oriented karena dia kreatif untuk mengambil pasar-pasar yang berbeda, tidak berkompetisi di segmen yang sama," kata Johnny.
Ia pun memberi contoh, ketika Vietnam memproduksi barang medium ke bawah, industri lokal dapat berkreasi dengan memproduksi barang medium ke atas.
"Nah, hal-hal itulah dipacu karena itu pemerintah memberikan insentif (keringanan pajak) untuk ini," ucapnya.
(hoi/hoi) Next Article RI Kok Masih Doyan Impor APD? Pabrik Lokal Teriak
Most Popular