²©²ÊÍøÕ¾

China Pusing Soal Babi & RI Menang Banyak, Gimana Ceritanya?

Rahajeng Kusumo Hastuti, ²©²ÊÍøÕ¾
21 September 2019 07:17
China Pusing Soal Babi & RI Menang Banyak, Gimana Ceritanya?
Foto: cover topik/Babi konten/Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Babi ternyata peran penting bagi sejumlah negara. Buktinya, China dibuat pusing karena pasokan dan harga daging babi berkurang karena wabah flu babi Afrika. Wabah ini mengakibatkan pembantaian babi besar-besaran di negara tersebut, sehingga mempengaruhi pasokan dan pelonjakan harga.

Bahkan harga daging babi melonjak hingga ke inflasi. Untuk menghadapi kelangkaan ini, pemerintah negeri tirai bambu tersebut akan melelang 10.000 ton cadangan daging babinya.
Ìý

Harga babi China telah naik 130% sejak Januari 2018. Data ini didapat dari situs web industri China, yang melacak harga babi di negara itu berdasarkan survei ke petani dan vendor babi.

Berdasarkan laporan media lokal, South China Morning Post, negara tersebut kekurangan pasokan babi hingga 10 juta metrik ton. Sementara cadangan babi di negara itu hanya 990 ribu metrik ton.

BUMN China pun akan melelang daging beku dari beberapa negara, seperti Denmark, Jermanm Prancis, Amerika Serikat dan Inggris. Di tiap pelelangan, China akan membatasi pembelian hingga 300 ton. Keputusan ini diambil menjelang libur panjang nasional dan perayaan 70 tahun Republik Rakyat China, 1 Oktober nanti.


Berlanjut ke halaman berikutnya ...


BagiÌýmasyarakatÌýChina babi merupakan masalah pokok. Kelangkaan daging bagi akibat kegagalan pemerintah untuk menghentikan penyebaran demam babi Afrika telah membuat harga naik danÌýinflasi akan melonjak tajam.

Daging babi adalah daging yang paling banyak dikonsumsi konsumen China. Pada 2018, babi menyumbang hampir 64% dari konsumsi daging di negara ini.

China Pusing Soal Babi & RI Menang Banyak, Gimana Ceritanya?Foto: Infografis/ Babi Bikin Pusing banyak negara/Aristya Rahadian Krisabella

DalamÌýrisetnya, perusahaan riset Capital Economics mengatakan kebijakan pemerintah China "tidak efektif,". Akibatnya, bakal ada lonjakan inflasi di atas target untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade di tahun depan.

"Langkah-langkah pemerintah China untuk mengatasi dampak dari wabah tersebut hanya bersifat marjinal," kata peneliti Capital Economics Julian Evans-PritchardÌýsebagaimana dilansirÌý²©²ÊÍøÕ¾ÌýIndonesia dariÌý²©²ÊÍøÕ¾ÌýInternational, Selasa (17/9/2019).

Evans-PritchardÌýmeramalkan bahwa, pada awal 2020, harga bisa meningkat lebih dari 80% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Itu akan membebani indeks harga konsumen China.

Inflasi dapat mencapai rata-rata 3,5% dan mencapai puncaknya di atas 4% tahun depan, ia memperkirakan. Itu lebih dari target inflasi rata-rata tahunan sebesar 3,0% yang ditetapkan oleh bank sentral China.


Berlanjut ke halaman berikutnya ...



Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut HariÌýSuyasaÌýmengatakan saat ini wabah flu babiÌýafrikaÌýtidak terjadi di Indonesia, sehingga masih dalam kondisi aman. Meski menurutnya diperlukan antisipasi penyebaran flu babi Afrika ke dalam negeri.

"Ini cukup berbahaya, tapi sejauh ini Indonesia belum ada sama sekali kasus yang terjadi China," kata Hari kepadaÌý²©²ÊÍøÕ¾ÌýIndonesia, Rabu (18/9/2019)

China Pusing Soal Babi & RI Menang Banyak, Gimana Ceritanya?Foto: Infografis/Ekpor-Impor Daging Babi/Edward Ricardo

Berbeda dengan China, daging babi bukanlah kebutuhan mayoritas penduduk Indonesia. Produksi, populasi, ekspor, dan impor ternak babi hingga kini masih cukup positif.Ìý

Kebutuhan pemotonganÌýpumÌýrelatif stagnan, misalnya pada 2014 kebutuhan pemotongan babi hanya 1,959 juta ekor, pada 2018 sedikit naik jadi 2 juta ekor. Ini bisa jadi karena kebutuhan babi per kapita juga relatif stagnan, rata-rata 0,219 kg per kapita per tahun. Pada 2017, konsumsi per kapita sempat 0,261 kg per kapita per tahun, tak berubah dari tahun sebelumnya.

Dari sisi produksi daging justru mengalami kenaikan pada 2014 tercatat 302,3 ribu ton, lalu naik jadi 327,2 ribu ton pada 2018 atau tumbuh 8%.

Dengan kebutuhan yang stagnan, produksi yang masih tumbuh, dan populasi terus berkembang, tak mengherankan Indonesia mampu jadi negara eksportir babi ternak, dan minim impor.


Berlanjut ke halaman berikutnya ...



Meski membuat pusing di China, namun babi justru menjadi salah satu negosiasi dengan AS. Kenaikan harga babi menjadi pertanda baik bagi petani AS, yang memang sejak 2016 berharap bisa meningkatkan penjualan di pasar China.

Pasalnya defisit babi di negeri tirai bambu tersebut membuka kesempatan AS untuk mengekspor daging babi kesana. Sebelumnya Chian mengenakan tarif tinggi terhadap produk pertanian tinggi, termasuk babi.Ìý

Awalnya Ìýtarif daging babi di bawah 12%, kemudian melonjak menjadi 72% akibat perang dagang kedua negara. Beijing yang marah karena barangnya dikenai bea masuk oleh Trump, membalas dengan kenaikan tarif produk pertanian AS, termasuk babi.

"China berharap Amerika Serikat akan setia pada kata-katanya, membuat kemajuan dalam komitmennya dan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi kerja sama pertanian bilateral," Ìýujar media setempatÌýXinhua.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular