²©²ÊÍøÕ¾

Indonesia Mau Perketat Impor, di Negara Lain Bagaimana?

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
20 December 2019 13:18
Indonesia Mau Perketat Impor, di Negara Lain Bagaimana?
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tahun lalu, pemerintah menurunkan ambang batas impor yang bebas bea masuk dari US$ 100 menjadi US$ 75. Sepertinya pemerintah akan menurunkannya lagi, demi melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk impor, terutama barang konsumsi.

"Kita akan sama-sama menetapkan mana level yang dianggap aman untuk mencegah masuknya barang-barang impor terutama kalau yang US$ 75 ini barang konsumsi, yang pasti di bawah US$ 75. Barang yang masuk ini mayoritas dari negara-negara yang memang memiliki surplus dan memiliki competitiveness luar biasa," papar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, kemarin.


Batas minimal impor bebas bea masuk diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No 112/PMK.04/2018 yang mengubah Peraturan Menteri Keuangan No 182/PMK.04/2016. Tujuan perubahan ini adalah melindungi kepentingan nasional sehubungan dengan meningkatnya volume impor barang melalui mekanisme impor barang kiriman dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

Tidak hanya di Indonesia, negara-negara lain pun menerapkan kebijakan serupa. Namun tentu ambang batasnya berbeda-beda, sesuai kebutuhan.

Berikut adalah ambang batas bebas bea masuk atau de minimis di sejumlah negara Asia Tenggara:



Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN-5, de minimis Indonesia termasuk yang paling rendah. Indonesia hanya lebih ketat ketimbang Thailand, sementara para tetangga lainnya lebih membuka diri dengan menetapkan de minimis yang lumayan tinggi.


Sebenarnya apa yang membuat de minimis di setiap negara berlainan? Pertama tentu mempertimbangkan kondisi industri dalam negerinya.

Jika sebuah negara ingin mendorong industri dan konsumsi produk dalam negeri, maka de minimis akan rendah. De minimis rendah berarti semakin banyak produk impor yang kena bea masuk, sehingga otomatis harganya lebih mahal. Dengan begitu, industri dan produk dalam negeri bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri.

Namun jika sebuah negara memang sudah begitu terbuka bahkan menjadi pusat perdagangan seperti Singapura, maka de minimis akan tinggi. Tujuannya adalah menjadikan negaranya semakin atraktif.

Faktor kedua adalah dinamika nilai tukar. Korelasi antara nilai tukar dengan kebijakan perdagangan internasional dikemukakan oleh Ernesto Gantman dan Marcelo Dabos dalam riset berjudul Does Trade Openness Influence the Real Effective Exchange Rate? New Evidence from Panel Time-Series.

Dengan penentuan de minimis, pemerintah ikut berperan dalam mengendalikan stabilitas nilai tukar membantu tugas bank sentral. Jika pemerintah ingin mata uang menguat, maka de minimis direndahkan agar tekanan impor berkurang.

Sebaliknya, jika pemerintah ingin agar mata uangnya kompetitif (baca: murah) dibandingkan dengan negara-negara mitra dagangnya, maka pintu impor dibuka luas. Tingginya kebutuhan valas untuk kebutuhan impor kemudian menekan mata uang lokal sehingga cenderung melemah.

Bagi negara-negara yang perekonomiannya bergantung kepada ekspor, mata uang yang kompetitif adalah kunci. Dengan mata uang lokal yang lemah, harga produk negara tersebut menjadi murah di pasar ekspor sehingga bisa bersaing.

Inilah sebabnya Singapura menerapkan de minimis tinggi, karena pada akhirnya mereka memang diuntungkan jika mata uangnya melemah. Maklum, kontribusi ekspor dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Singa mencapai 176,38%, tertinggi di dunia.



Sementara Indonesia tidak bisa menerapkan kebijakan serupa. Indonesia malah harus mengendalikan impor untuk mengurangi tekanan di transaksi berjalan (current account). Defisit di transaksi berjalan membuat Indonesia sulit memacu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.


Kalau tujuannya adalah mengurangi defisit transaksi berjalan, maka rencana untuk menurunkan lagi de minimis sudah tepat. Penurunan de minimis akan membuat barang impor lebih mahal sehingga kurang menarik di mata konsumen. Permintaan turun, impor berkurang, rupiah pun bisa tenang.


TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular