²©²ÊÍøÕ¾

Indonesia Mau Perketat Impor, di Negara Lain Bagaimana?

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
20 December 2019 13:18
Ini Pertimbangan Penerapan Tarif De Minimis
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Sebenarnya apa yang membuat de minimis di setiap negara berlainan? Pertama tentu mempertimbangkan kondisi industri dalam negerinya.

Jika sebuah negara ingin mendorong industri dan konsumsi produk dalam negeri, maka de minimis akan rendah. De minimis rendah berarti semakin banyak produk impor yang kena bea masuk, sehingga otomatis harganya lebih mahal. Dengan begitu, industri dan produk dalam negeri bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri.

Namun jika sebuah negara memang sudah begitu terbuka bahkan menjadi pusat perdagangan seperti Singapura, maka de minimis akan tinggi. Tujuannya adalah menjadikan negaranya semakin atraktif.

Faktor kedua adalah dinamika nilai tukar. Korelasi antara nilai tukar dengan kebijakan perdagangan internasional dikemukakan oleh Ernesto Gantman dan Marcelo Dabos dalam riset berjudul Does Trade Openness Influence the Real Effective Exchange Rate? New Evidence from Panel Time-Series.

Dengan penentuan de minimis, pemerintah ikut berperan dalam mengendalikan stabilitas nilai tukar membantu tugas bank sentral. Jika pemerintah ingin mata uang menguat, maka de minimis direndahkan agar tekanan impor berkurang.

Sebaliknya, jika pemerintah ingin agar mata uangnya kompetitif (baca: murah) dibandingkan dengan negara-negara mitra dagangnya, maka pintu impor dibuka luas. Tingginya kebutuhan valas untuk kebutuhan impor kemudian menekan mata uang lokal sehingga cenderung melemah.

Bagi negara-negara yang perekonomiannya bergantung kepada ekspor, mata uang yang kompetitif adalah kunci. Dengan mata uang lokal yang lemah, harga produk negara tersebut menjadi murah di pasar ekspor sehingga bisa bersaing.

Inilah sebabnya Singapura menerapkan de minimis tinggi, karena pada akhirnya mereka memang diuntungkan jika mata uangnya melemah. Maklum, kontribusi ekspor dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Singa mencapai 176,38%, tertinggi di dunia.



Sementara Indonesia tidak bisa menerapkan kebijakan serupa. Indonesia malah harus mengendalikan impor untuk mengurangi tekanan di transaksi berjalan (current account). Defisit di transaksi berjalan membuat Indonesia sulit memacu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.


Kalau tujuannya adalah mengurangi defisit transaksi berjalan, maka rencana untuk menurunkan lagi de minimis sudah tepat. Penurunan de minimis akan membuat barang impor lebih mahal sehingga kurang menarik di mata konsumen. Permintaan turun, impor berkurang, rupiah pun bisa tenang.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA

(aji/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular