²©²ÊÍøÕ¾

Harga Pangan Mulai 'Nakal', Tanda-Tanda Apa Ini?

Tirta Citradi, ²©²ÊÍøÕ¾
07 December 2020 16:17
daging ayam ras
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/ Andrean Kristianto

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Lepasnya Indonesia dari jerat deflasi sepanjang kuartal ketiga tahun ini diakibatkan oleh lonjakan harga komoditas pangan terutama yang berbasis hortikultura dan hasil peternakan. Kedua komoditas pangan strategis ini diperkirakan masih bakal menjadi penyumbang terbesar inflasi sampai akhir tahun ini.

Pada bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi mulai merangkak naik lagi dengan peningkatan sebesar 0,28% (mom) dan 1,59% (yoy). Inflasi tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Oktober yang hanya 0,07% (mom) dan 1,44% (yoy).

Pos makanan, minuman dan tembakau menyumbang inflasi sebesar 0,22% pada November lalu. Pos ini mencatatkan inflasi sebesar 0,86% dibanding bulan sebelumnya dan 2,87% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu daging ayam ras sebesar 0,08%, telur ayam ras dan cabai merah masing-masing sebesar 0,04%, bawang merah sebesar 0,03%, tomat, bawang putih, cabai rawit, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01%.

Berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) Bank Indonesia (BI) pada minggu pertama bulan Desember, bank sentral nasional memperkirakan komoditas pangan tersebut masih akan menjadi penyumbang terbesar inflasi di bulan terakhir tahun ini. 

Penyumbang utama inflasi, yaitu cabai merah sebesar 0,04% (mom), telur ayam ras dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,03% (mom), tomat sebesar 0,02% (mom), serta minyak goreng, jeruk, dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mom).

Dengan kenaikan tersebut, BI meramal inflasi di bulan Desember sebesar 0,22% (mom), secara tahunan sebesar 1,46% (yoy) dan secara tahun kalender sebesar 1,46% (ytd).

Apabila mencermati pergerakan harganya di pekan pertama Desember, ada beberapa komoditas pangan yang harganya masih membandel. Meski turun harga daging ayam ras segar di pasar tradisional Tanah Air rata-ratanya masih di atas Rp 34 ribu per kilogram. 

Harga bawang merah juga agak sedikit jinak jika dibandingkan dengan awal bulan November. Namun harga bawang merah masih belum turun dari kisaran Rp 37 ribu per kilogram.

Sementara itu harga cabai merah dan cabai rawit tercatat naik lebih dari 10% jika dibandingkan dengan awal bulan November lalu. Di pasar tradisional nusantara, harga rata-rata cabai merah dan cabai rawit merah sudah merangkak mendekati Rp 50 ribu per kilogram, sedangkan cabai rawit hijau sudah menyentuh Rp 38 ribu per kilogram.

Jelang akhir tahun biasanya harga-harga komoditas pangan memang merangsek naik. Di penghujung tahun 2019, tercatat ada beberapa harga komoditas pangan yang mengalami kenaikan. 

Mulai dari bawang merah, bawang putih, cabai merah besar, gula pasir, minyak goreng curah, hingga telur ayam ras segar semuanya melesat. Harga bahan pangan yang paling melesat adalah bawang merah. 

Di penghujung bulan Desember 2019, harga bawang merah menyentuh Rp 37 ribu per kilogram atau mengalami kenaikan sebesar 20,5% dalam kurun waktu sebulan. Fenomena serupa juga terjadi di tahun ini. 

Kemudian komoditas telur ayam ras segar juga naik 5,8% dalam sebulan dan hampir menyentuh Rp 25 ribu per kilogram. Harga telur di Desember tahun ini bahkan lebih tinggi dibanding Desember tahun lalu. 

Secara musiman, harga komoditas pangan umumnya menguat jelang akhir tahun karena adanya libur panjang Natal dan tahun baru yang dicirikan dengan meningkatnya permintaan.

Meski libur akhir tahun dipangkas tiga hari tetapi tren libur panjang memang cukup untuk membuat harga bahan pangan pokok terbang. Fenomena ini juga terjadi saat lebaran Mei lalu. Bahkan saat sedang ada PSBB, harga pangan pun melambung tinggi.

Selain dari sisi permintaan yang umumnya meningkat, ada faktor lain yang lebih berperan dalam mendongkrak harga bahan pangan yaitu dari sisi pasokan dan distribusi. Menurut Ketua BPS, Suhariyanto mengatakan faktor cuaca juga memberikan andil terhadap melambungnya harga komoditas hortikultura.

"Kalau kami lihat kenaikan harga cabai merah dan bawang merah lebih karena cuaca yang tidak terlalu berpihak. Curah hujan yang tinggi berdampak pada produksi dan kualitas cabai merah, hal yang sama juga terjadi pada bawang merah," katanya dalam konferensi pers virtual, Senin (2/11/2020).

Ia mengatakan bahwa sejumlah harga komoditas pangan masih berpotensi mengalami lonjakan hingga akhir tahun ini, termasuk harga cabai merah dan bawang merah.

Hujan yang terlalu lebat cenderung bakal menyebabkan banjir. Konsekuensi dari lahan pertanian yang terendam banjir adalah gagal panen hingga rusaknya stok. Hal ini akan membuat pasokan menjadi menipis dan harga pun melambung.

Tahun ini Indonesia juga kedatangan tamu yaitu La Nina. Fenomena perubahan iklim ini menurut BMKG berpotensi mendatangkan hujan yang 40% lebih lebat dari kondisi normal. La Nina diproyeksikan bakal melanda seluruh wilayah Indonesia setidaknya sampai akhir tahun dan baru mereda bulan Februari tahun depan.

Dampak dari perubahan cuaca yang terkait dengan La Niña pada ketahanan pangan sulit untuk diprediksi. Secara historis, peningkatan curah hujan berdampak negatif pada produksi pertanian di beberapa daerah dan positif pada daerah lainnya.

Namun, perubahan cuaca cenderung berdampak negatif terhadap akses pangan dan situasi ketahanan pangan sampai pada mata pencaharian kelompok yang paling rentan.

Curah hujan yang tinggi juga membuat penanaman komoditas tertentu yang sangat sensitif terhadap perubahan cuaca seperti cabai semakin sulit serta menghambat proses distribusi. Alhasil pasokan di pasar pun ikut menipis.

Melihat fenomena kenaikan harga bahan pokok di tengan tergerusnya daya beli masyarakat akibat resesi yang dipicu pandemi membuat pemerintah harus merespons dengan cepat dan efektif.

Harus ada diagnosis yang tepat untuk mengidentifikasi pemicu terjadinya kenaikan harga. Perlu kalkulasi cermat antara permintaan dan pasokan berbagai komoditas serta penelusuran jalur distribusi. Agar pengambilan kebijakan yang serampangan seperti asal buka keran impor yang merugikan petani dapat dihindari.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular