²©²ÊÍøÕ¾

Cabai Rawit dan Bawang Merah Masih Mahal di Maret 2021

Cantika Adinda Putri, ²©²ÊÍøÕ¾
12 March 2021 17:27
Sejumlah pedagang melakukan bongkar muat cabai rawit merah di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Jumat (26/2/2021). Cabai rawit merah kini naik 100 ribu per kilogram yang sebelumnya hanya 60 ribu per kilogram, kenaikan diduga faktor dari cuaca ekstrem. Susanto (58) pedagang asal Jawa Tengah yang membuka lapak di Los H mengatakan
Foto: Penjualan Cabe Rawit di Pasar Kramat Jati, Jakarta. (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bank Indonesia (BI) mengatakan berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pada Minggu kedua Maret 2021, inflasi diperkirakan mencapai 0,09% secara bulanan (mtm).

Dengan perkembangan tersebut, diperkirakan inflasi Maret 2021 secara tahun kalender atau year to date (ytd) sebesar 0,45%, dan inflasi secara tahunan sebesar 1,37% (yoy).

"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II Maret 2021, perkembangan harga pada bulan Maret 2021 diperkirakan inflasi sebesar 0,09% (mtm)," tulis keterangan resmi Bank Indonesia, Jumat (12/3/2021).

Lebih lanjut, BI menyebut penyumbang utama inflasi Maret 2021 sampai dengan minggu kedua yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,04% (mtm), bawang merah sebesar 0,03% (mtm). Penyumbang inflasi lainnya yakni ikan ikan mas, tomat dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas cabai merah dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,03% (mtm).

Seperti diketahui, harga cabai rawit merah mengalami kenaikan yang luar biasa beberapa pekan belakangan. Pekan lalu harga cabai sempat menginjak Rp 150 ribu per kilogram, lebih mahal dari harga daging sapi yang biasanya Rp 120 ribu per kilogram.

Mahalnya harga cabai rawit ini bukan hanya terjadi di Ibu Kota, tapi juga di wilayah lain di Indonesia. Kenaikan diduga akibat cuaca ekstrem yang mengakibatkan kurangnya pasokan cabai dari petani ke pedagang.

Hal itu juga yang dikatakan oleh sejumlah pedagang di pasar tradisional, Jakarta Selatan. Salah satu pedagang bumbu, Hadi menduga stok yang minim di Pasar Induk Kramat Jati karena produksi dan panen dari petani yang berkurang.

"Harga naik karena stok di Kramat Jati juga berkurang, itu karena produksi dan panen dari petani yang juga berkurang akibat cuaca dan lahan mereka gunakan bukan hanya menanam cabai saja," ujar Hadi, kepada tim detikcom, dikutip Jumat (12/3/2021).


(mij/mij) Next Article Harga Pangan Mulai 'Nakal', Tanda-Tanda Apa Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular