
Harga Pangan Mulai 'Nakal', Tanda-Tanda Apa Ini?

Secara musiman, harga komoditas pangan umumnya menguat jelang akhir tahun karena adanya libur panjang Natal dan tahun baru yang dicirikan dengan meningkatnya permintaan.
Meski libur akhir tahun dipangkas tiga hari tetapi tren libur panjang memang cukup untuk membuat harga bahan pangan pokok terbang. Fenomena ini juga terjadi saat lebaran Mei lalu. Bahkan saat sedang ada PSBB, harga pangan pun melambung tinggi.
Selain dari sisi permintaan yang umumnya meningkat, ada faktor lain yang lebih berperan dalam mendongkrak harga bahan pangan yaitu dari sisi pasokan dan distribusi. Menurut Ketua BPS, Suhariyanto mengatakan faktor cuaca juga memberikan andil terhadap melambungnya harga komoditas hortikultura.
"Kalau kami lihat kenaikan harga cabai merah dan bawang merah lebih karena cuaca yang tidak terlalu berpihak. Curah hujan yang tinggi berdampak pada produksi dan kualitas cabai merah, hal yang sama juga terjadi pada bawang merah," katanya dalam konferensi pers virtual, Senin (2/11/2020).
Ia mengatakan bahwa sejumlah harga komoditas pangan masih berpotensi mengalami lonjakan hingga akhir tahun ini, termasuk harga cabai merah dan bawang merah.
Hujan yang terlalu lebat cenderung bakal menyebabkan banjir. Konsekuensi dari lahan pertanian yang terendam banjir adalah gagal panen hingga rusaknya stok. Hal ini akan membuat pasokan menjadi menipis dan harga pun melambung.
Tahun ini Indonesia juga kedatangan tamu yaitu La Nina. Fenomena perubahan iklim ini menurut BMKG berpotensi mendatangkan hujan yang 40% lebih lebat dari kondisi normal. La Nina diproyeksikan bakal melanda seluruh wilayah Indonesia setidaknya sampai akhir tahun dan baru mereda bulan Februari tahun depan.
Dampak dari perubahan cuaca yang terkait dengan La Niña pada ketahanan pangan sulit untuk diprediksi. Secara historis, peningkatan curah hujan berdampak negatif pada produksi pertanian di beberapa daerah dan positif pada daerah lainnya.
Namun, perubahan cuaca cenderung berdampak negatif terhadap akses pangan dan situasi ketahanan pangan sampai pada mata pencaharian kelompok yang paling rentan.
Curah hujan yang tinggi juga membuat penanaman komoditas tertentu yang sangat sensitif terhadap perubahan cuaca seperti cabai semakin sulit serta menghambat proses distribusi. Alhasil pasokan di pasar pun ikut menipis.
Melihat fenomena kenaikan harga bahan pokok di tengan tergerusnya daya beli masyarakat akibat resesi yang dipicu pandemi membuat pemerintah harus merespons dengan cepat dan efektif.
Harus ada diagnosis yang tepat untuk mengidentifikasi pemicu terjadinya kenaikan harga. Perlu kalkulasi cermat antara permintaan dan pasokan berbagai komoditas serta penelusuran jalur distribusi. Agar pengambilan kebijakan yang serampangan seperti asal buka keran impor yang merugikan petani dapat dihindari.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(twg/twg)