²©²ÊÍøÕ¾

Situasi ini membuat daya beli rakyat tertekan dahsyat. Hasilnya, laju inflasi melambat signifikan. Bahkan kalau dilihat secara bulanan (month-on-month/MtM), sempat terjadi deflasi tiga bulan beruntun selama kuartal III-2020.

Secara tahunan (year-on-year/YoY), laju inflasi juga melambat. Namun yang paling mencolok adalah inflasi inti, yang kini berada di titik terendah sepanjang sejarah pencatatan BPS.

Inflasi inti adalah indikator yang bisa mencerminkan kekuatan daya beli masyarakat. Sebab, inflasi ini berisi barang dan jasa yang harganya susah naik-turun atau persisten. Kalau harga yang susah bergerak saja sampai turun, maka artinya dunia usaha sudah 'desperate' dan memilih menurunkan harga jual untuk mengikuti penurunan permintaan.

"Inflasi (Februari 2021) yang 0,1% itu lebih lambat dibandingkan Januari 2021 dan jauh lebih lambat dibandingkan posisi Februari 2020. Pergerakan inflasi tahunan juga demikian. Jadi ini mengindikasikan bahwa sampai dengan akhir Februari 2021 dampak pandemi ini masih membayang-bayangi perekonomian. Inflasi inti secara tahunan juga mengalami perlambatan, permintaan domestik memang masih lemah," papar Suhariyanto, Kepala BPS.

Bulan ini, bukan tidak mungkin laju inflasi melambat lagi. Bank Indonesia (BI) menyebutkan, berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan I inflasi Maret 2021 diperkirakan 0,09% MtM dan 1,37 YoY.

Baca: Negara Lain Sudah Mulai Inflasi, RI Malah Terancam Deflasi!

Jika laju inflasi terus melambat, maka bukan tidak mungkin Indonesia kembali menjumpai deflasi. Ini bukan sesuatu yang sehat karena dunia usaha terpaksa menurunkan harga untuk mengimbangi lemahnya permintaan. Sebuah gambaran ekonomi yang sedang sakit.

Jadi wajar kini inflasi begitu dinanti. Inflasi yang rendah dan terkendali mencerminkan ekonomi yang dinamis, dunia usaha bisa mendapatkan laba sementara konsumen mampu membayar karena daya beli yang kuat.

Copet yang dulu diusir kini malah didamba...

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Show All