²©²ÊÍøÕ¾

Heboh Pungli Tanjung Priok, Gimana nih Bos-Bos JICT?

Emir Yanwardhana, ²©²ÊÍøÕ¾
17 June 2021 10:35
Sejumlah truk bongkar muat melintas di kawasan Tj Priok, Jakarta, Jumat, 11/6. Praktik pungutan liar (pungli) hingga saat ini masih merajalela di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Seperti pengakuan beberapa supir kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (11/6/2021), saat kunjungan ke pelabuhan utama Indonesia ini kemarin.
Para pekerja kerah biru ini mengeluhkan, bukan terkait masalah beratnya pekerjaan yang digelutinya, melainkan aksi premanisme juga pungutan liar yang kerap terjadi. Dia berharap, pihak aparat bisa lebih memperketat pengamanan area pelabuhan. Selain itu, pihaknya juga berharap ada transparansi biaya pelabuhan untuk semua aktivitas.

Dari dialog yang dilakukan supir truk dengan Presiden Joko Widodo kemarin, praktik premanisme terjadi saat keadaan jalan sedang macet di mana preman naik ke atas truk, lalu menodongkan celurit kepada supir untuk dimintai uang.

Adapun pungli terjadi di sejumlah depo. Pengemudi truk dimintai uang Rp 5.000 - Rp 15.000 supaya bongkar muat bisa lebih dipercepat pengerjaannya. Jika tidak dibayar, maka pengerjaan bongkar muat akan diperlambat. Hal ini terjadi di Depo PT Greating Fortune Container dan PT Dwipa Kharisma Mitra Jakarta. 
Pantauan ²©²ÊÍøÕ¾ dilapangan saat di kawasan JICT tampak jarang hampir tak terlihat himbauan banner stop pungli diarea tempat keluarnya truk.

Suasana dipinggir jalan kawasan Tj Priok arah Cilincing juga tak terlihat para kenek parkir di pinggir jalan semenjak ramenya kasus pungli.
Foto: Suasana Tanjung Priok, Jakarta Utara (²©²ÊÍøÕ¾/ Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemberantasan praktik pungutan liar (pungli) masih menjadi sorotan banyak pihak, khususnya ketika ada penangkapan oknum orang dalam terminal, yang berstatus pegawai outsourcing dari rekanan vendor perusahaan PT Jakarta International Container Terminal.

Dalam konferensi pers, Rabu (16/6/2021), Direktur Utama PT JICT Ade Hartono mengumumkan bahwa perusahaan akan segera berbenah. Mulai dari perbaikan sistem pelabuhan yang menuju digital, hingga melakukan evaluasi kontrak-kontrak terhadap vendornya.

"Dari isu terkini belakangan ini ada kejadian di JICT, kami punya komitmen kuat, penegakan integritas layanan pengguna jasa. Juga menjunjung tinggi hal integritas menjadi pelabuhan yang bersih. Kami mendukung upaya penegakan hukum untuk memberantas pungli," kata Ade dalam konferensi pers, Rabu (16/6/2021).

Ade mengatakan pihaknya sudah melakukan tindakan tegas kepada perusahaan outsourcing yang terlibat, dengan memberikan surat teguran keras kepada vendor. Selain itu, perusahaan juga melakukan evaluasi kontrak terhadap kinerja vendor.

"Kita lakukan teguran keras sesuai dengan kontrak yang dilakukan dengan vendor. Tentunya ini menjadi evaluasi kinerja kita. Dan kita minta segera diganti karena itu perjanjian kita dengan vendor. Tujuh orang beserta koordinatornya itu diganti," katanya.

"Karena itu adalah klausul kita dengan vendor. Sekali lagi kita bertindak keras dengan vendornya. Tentunya kita bertindak keras yang sesuai dengan pasal dalam kontrak. Kita tidak bisa keluar dari itu. Karena itu adalah ikatan kita dengan vendor," jelasnya.

Ade juga memastikan kedelapan pegawai yang ditangkap polisi itu adalah pegawai outsourcing. Untuk proses hukum selanjutnya, JICT akan mendukung apa yang akan dilakukan kepolisian.

Saat ini perusahaan sudah menerapkan sistem NGen, sistem ini untuk melakukan kontrol terhadap pekerja di pelabuhan. Perusahaan juga menggunakan JICT Auto Gate System (JAGS) supaya penanganan petikemas lebih efektif untuk keluar masuk truk.

Selain itu, beberapa hal yang akan dilakukan seperti penyesuaian pengerahan operator akan dimaksimalkan pada shift malam, dimana workload paling banyak di malam hari. Untuk batas waktu bongkar muat akan memperbaiki rata-rata performance kurang dari 109 menit untuk pengantaran dan 72 menit untuk receiving.

"Kita akan mencoba kurang dari 109 menit. tapi kalau truk impor memang butuh waktu satu dua jam, waktu peak bisa lebih tinggi lagi. Belum lagi kalau weekend lebih banyak lagi. Makanya kalo weekend itu tidak menutup terjadi penumpukan, walaupun sampai saat ini masih bisa di-manage," papar Wakil Direktur Utama JICT Budi Cahyono.

Budi juga mengklarifikasi soal video yang beredar di media sosial di mana terlihat operator crane menurunkan kresek hitam yang diisi uang oleh sopir kontainer.

"Viral juga video tas kresek itu diambil 2017, dan masih menggunakan operator asisten. Itu sudah tidak ada lagi di sini, dan dari alatnya itu bukan di JICT. Ini perlu diluruskan," jelasnya.


(wia) Next Article Jokowi Telpon Kapolri soal Sopir Dipalak, Begini Respons JICT

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular