²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Bye! 'Kiamat' Mobil Pakai BBM di Depan Mata, Ini Buktinya

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
11 November 2021 09:15
Sebuah mobil konsep WEY iNest versi 2.0 oleh pembuat mobil China Great Wall Motors dipamerkan selama Munich Auto Show, IAA Mobility 2021, di Munich, Jerman, 7 September 2021. (REUTERS/Michaela Rehle)
Foto: Sebuah mobil konsep WEY iNest versi 2.0 oleh pembuat mobil China Great Wall Motors dipamerkan selama Munich Auto Show, IAA Mobility 2021, di Munich, Jerman, 7 September 2021. (REUTERS/Michaela Rehle)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Beberapa pabrikan raksasa otomotif dunia pada Rabu (10/11/2021) sepakat untuk menghentikan penjualan kendaraan mesin pembakaran internal pada tahun 2040. Kesepakatan ini diresmikan dalam forum KTT iklim COP26 di Glasgow, Inggris.

Dalam kesepakatan itu, para produsen juga akan berupaya untuk melakukan penjualan kendaraan baru nol-emisi mulai tahun 2040. Khusus pasar terkemuka dunia, hal ini paling lambat dilakukan pada tahun 2035.

"Kami akan mendukung pemerintah dalam upaya menjadikan kendaraan tanpa emisi menjadi normal baru dengan membuatnya dapat diakses, terjangkau, dan berkelanjutan di semua wilayah pada tahun 2030," sebut poin kesepakatan itu dilansir AFP, Kamis (11/11/2021).

Meski begitu, negara-negara produsen kendaraan terkemuka di dunia seperti Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Jepang tidak mencatumkan namanya dalam kesepakatan. Produsen kendaraan seperti Toyota, Volkswagen dan aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi juga tidak ada dalam daftar.

Toyota mengatakan bahwa keputusan untuk tidak menandatangani perjanjian ini karena model bisnis globalnya akan membuat komitmen itu "sulit".

"Ada banyak cara untuk mendekati netralitas karbon selain kesepakatan," sebut Kohei Yoshida, seorang manajer umum di Pabrik Toyota ZEV, divisi kendaraan tanpa emisi.

Sementara itu, absennya beberapa pabrikan besar dunia menuai kecaman. Martin Kaiser, direktur eksekutif Greenpeace Jerman, mengatakan "sangat memprihatinkan" bahwa negara-negara besar dan produsen tidak mengikuti kesepakatan itu.

"Untuk menghentikan bahan bakar fosil baru, kita perlu memutus ketergantungan kita. Itu berarti beralih dari mesin pembakaran ke kendaraan listrik dan menciptakan jaringan transportasi umum yang bersih tanpa penundaan," katanya.


(tps/sef) Next Article Mobil BBM Mau 'Dibunuh' 2040, Yakin Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular