
'Kiamat' di Mana-Mana! Setelah Australia-Korsel, Kini Amerika

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - 'Kiamat' kekurangan pekerja sepertinya kini menyerang Amerika Serikat (AS). Ini terlihat dari sejumlah fokus media, mulai dari Fox News hingga °ä±·±·Ìý±õ²Ô³Ù±ð°ù²Ô²¹²õ¾±´Ç²Ô²¹±ô pekan ini.
Mereka menyebut negara itu tengah kekurangan pekerja terburuk dalam sejarah. Meski banyak perusahaan menawarkan bonus serta gaji lebih tinggi agar lowongan pekerja terisi, ini gagal menarik pekerja.
Kekurangan setidaknya terjadi di sektor restoran dan toko. Ini juga terjadi di industri penerbangan, mulai dari kekurangan petugas bagasi, agen TSA, pilot, atau pramugari.
Data dari Federal Reserve St. Louis, selama 2022 mereka telah melihat catatan jumlah lowongan pekerjaan tertinggi. Namun tingkat partisipasi angkatan kerja tetap satu poin persentase penuh di bawah tingkat pra-Covid-19, yang berarti lebih dari dua juta pekerja dalam perekonomian saat ini.
Sebuah survei terbaru dari Federasi Nasional Bisnis Independen menemukan sekitar setengah dari pemilik usaha kecil mengatakan mereka masih tidak dapat mengisi pekerjaan terbuka pada Juni. Ini mendekati rekor tertinggi dalam sejarah survei selama lima dekade.
"Mempekerjakan tidak pernah sesulit ini bagi pemilik usaha kecil," kata Bill Dunkelberg, Kepala Ekonom NFIB, Kamis (8/9/2022).
Melansir The Conversation, kesenjangan antara permintaan tenaga kerja dan pasokannya sudah terbentuk pada tahun 2017. Pada 2018, ekonomi AS memiliki lebih banyak lowongan pekerjaan daripada pekerja yang menganggur.
Kesenjangan itu telah melebar selama pandemi Covid-19 karena lebih banyak orang meninggal, pensiun dini, atau keluar dari pasar kerja. Pada Juli 2022, ketika efek pandemi di tempat kerja mereda, AS memiliki 11,2 juta lowongan pekerjaan tetapi hanya 5,7 juta pekerja yang menganggur yang mungkin mengisinya.
Diperkirakan ini menyangkut 45 juta orang yang tinggal di AS atau sekitar 14% dari populasi, lahir di tempat lain. Sekitar satu dari enam pekerja AS adalah imigran.
Merujuk ke visa berbasis pekerjaan sementara, AS sebenarnya mencatat rekor 813.330 pada tahun 2019. Namun, ini turun menjadi 566.000 pada tahun 2020, ketika pandemi berlangsung dan mendatar di 2021 dengan 566.001.
(tfa/sef) Next Article AS Rilis Kebijakan 'Industri Hijau', Apa Dampaknya ke RI?