²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

7 Negara di Ujung Tanduk, Inflasi Tinggi & Terancam Resesi

luc, ²©²ÊÍøÕ¾
13 September 2022 08:20
Eropa Makin Ngeri, 5 Negara Sudah 'Teriak' Krisis Energi
Foto: Infografis/ Eropa Makin Ngeri, 5 Negara Sudah 'Teriak' Krisis Energi / Aristya Rahadian

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Krisis global yang telah dipicu oleh pandemi Covid-19 dalam lebih dari 2 tahun terakhir dan konflik geopolitik yang 'dimotori' Rusia dan Ukraina telah berdampak luas pada sejumlah negara.

Melonjaknya harga energi dan pangan membuat inflasi terus meroket di sejumlah negara. Hal tersebut memaksa bank sentral untuk memperketat kebijakan moneternya.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi pun cenderung melambat sehingga pengetatan kebijakan bank sentral menjadi seusatu yang dilematis dan justru meningkatkan risiko resesi.

Berikut ini beberapa negara yang ekonominya berada di ujung tanduk, ditandai inflasi tinggi, ancaman resesi, hingga utang yang membengkak, dirangkum ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (13/9/2022).

1. Turki

Negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan ini terus mengukir rekor inflasi. Pada Agustus 2022 80,21% secara year-on-year (yoy), naik dari bulan sebelumnya sebesar 79,6% yoy.

Berdasarkan data dari Turkish Statistical Institute, inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak September 1998 dan menandai kenaikan selama 15 bulan berturut-turut.

Meroketnya inflasi Turki tak lepas dari jatuhnya nilai mata uang negara tersebut, lira. Di sisi lain, bank sentral justru terus memang suku bunga.

2. Argentina

Senasib dengan Turki, negara Amerika Selatan ini juga mencetak inflasi 'selangit'. Inflasi diperkirakan akan mencapai 95% menurut jajak pendapat bulanan yang diterbitkan Jumat oleh bank sentral.

Tingkat inflasi tahunan pada 2023 pun diproyeksikan masih tinggi, mencapai 84%, dan turun menjadi 63% pada 2024.

Ekonomi terbesar ketiga di Amerika Latin telah lama menderita inflasi tinggi, yang diperparah oleh efek perang antara Ukraina dan Rusia.

Adapun, pertumbuhan ekonomi Argentina tahun ini diproyeksi sebesar 3,6%, naik hampir 0,2 poin persentase dibandingkan dengan jajak pendapat bulan lalu.

3. Bangladesh

Negara Asia Selatan ini terus dipusingkan oleh krisis akibat tingginya utang di tengah terbatasnya cadangan devisa. Bahkan, negara ini berpeluang besar mengikuti jejak Sri Lanka yang belum lama ini dinyatakan bangkrut.

Dengan cadangan devisa yang makin menipis, pemerintah telah bertindak cepat untuk mengekang impor yang tidak penting, melonggarkan aturan untuk menarik pengiriman uang dari jutaan migran yang tinggal di luar negeri dan mengurangi perjalanan ke luar negeri bagi para pejabat.

Adapun, Inflasi Bangladesh pun tergolong tinggi dengan 7,48% yoy pada Juli 2022, tertinggi dalam 8 tahun terakhir.

4. Pakistan

Pakistan merupakan salah satu negara dengan utang terbesar. Beban utang negara ini berasal dari pinjaman dan investasi yang termasuk dari program China-Pakistan Economic Corridor (CPEC).

Seperti tetangganya, Sri Lanka, Pakistan akhirnya meminta pertolongan IMF, untuk menghidupkan kembali paket dana talangan US$ 6 miliar yang ditunda setelah pemerintah Perdana Menteri Imran Khan digulingkan pada bulan April.

Melonjaknya harga minyak mentah mendorong naiknya harga bahan bakar yang pada gilirannya menaikkan biaya lainnya, hingga mendorong inflasi hingga 27,26% yoy pada Agustus 2022.

5. Jerman

Jerman diperkirakan akan jatuh ke dalam resesi tahun 2023 mendatang. Peringatan ini disampaikan Institut Riset Ekonomi Ifo, yang memperkirakan ekonomi terbesar Eropa ini akan menyusut 0,3% pada 2023.

Angka ini memangkas perkiraannya sebesar empat poin persentase dari prediksi sebelumnya pada Juni lalu.

Ifo juga memperingatkan bahwa pendapatan rumah tangga riil dan daya beli di Jerman akan turun tajam. Ini akan normal baru di 2024.

Sementara itu, inflasi diperkirakan mencapai 8,1% tahun ini dan 9,3% tahun depan. Adapun, pada Agutsus 2022, inflasi Jerman telah mencapai 7,9% yoy.

6. Inggris

Lonjakan harga telah menghambat pertumbuhan ekonomi Inggris. Pada Juli 2022, inflasi kawasan tersebut telah mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, yakni 10,1% yoy, naik dari bulan sebelumnya sebesar 9,4%.

Sementara itu, Dalam tiga bulan hingga Juli, PDB Inggris datar dibandingkan dengan periode tiga bulan sebelumnya.

Sementara itu, dalam tiga bulan hingga Juli, pertumbuhan PDB Inggris cenderung stagnan sehingg risiko resesi terus mengintai.

Pada Agustus, Bank of England (BoE) memperkirakan resesi untuk ekonomi terbesar kelima di dunia yang berlangsung dari akhir 2022 hingga awal 2024. Ini sebagian besar karena pukulan terhadap standar hidup dari harga energi yang didorong oleh perang di Ukraina.

7. Amerika Serikat

Secara teknis, negara ini telah masuk ke jurang resesi karena mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Hal itu terus dibantah para pejabat AS yang beralasan negara itu belum benar-benar resesi karena data ketenagakerjaan masih solid.

Namun, Menteri Keuangan AS Janet Yellen akhirnya membenarkan adanya risiko resesi di negeri Adi Kuasa tersebut. Hal tersebut karena pertempurannya melawan inflasi dapat memperlambat ekonomi negara itu. Pada Juli 2022, inflasi Negeri Paman Sam telah mencapai 9,1% yoy, tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Bank sentral kemudian secara bertahap menaikkan suku bunga utamanya untuk mengurangi tekanan pada harga konsumen dengan risiko resesi yang kian besar.


(luc/luc) Next Article Disebut Aman dari Resesi, Nasib Ekonomi RI Seperti Apa Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular