
Jangan Panik! Indonesia Tak Sampai Resesi, Cuma 'Slowdown'

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Hawa resesi global kian terasa setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengumumkan akan menurunkan proyeksi terhadap pertumbuhan global pada 2023.
Keputusan ini diambil melihat ketidakstabilan keuangan yang terus mengalami peningkatan.
Managing Director IMF Kristalina Georgieva menyatakan risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan terus meningkat. Menurutnya, prospek ekonomi global 'gelap' mengingat guncangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, serangan Rusia ke Ukraina, dan bencana iklim di semua benua. Hal itu bisa menjadi lebih buruk.
Melihat gelagat IMF tersebut, bagaimana dengan nasib Indonesia? Apakah Indonesia akan mengalami resesi?
Mantan menteri keuangan M.Chatib Basri mengatakan ekonomi Indonesia tidak akan terperosok hingga membukukan pertumbuhan negatif.
Dia yakin Indonesia akan tetap tumbuh, tetapi pertumbuhannya melambat.
"Jadi, misalnya konsumsi growth-nya 5 koma sekian jadi 4 koma. Itu mirip waktu sama tapering-lah," ujar Chatib dalam dialog bersama ²©²ÊÍøÕ¾, dikutip Senin (10/10/2022).
"Waktu taper tantrum kita masih bisa tumbuh 5,8% lho, turun dari 6,5%. Jadi, akan ada slowdown," tambahnya.
Dengan demikian, Chatib percaya ekonomi Indonesia tidak akan sampai krisis ataupun resesi.
"Trennya itu slowdown. Kalau orang beranggapan ada ekonom kita akan krisis, saya mungkin gak beranggapan akan begitu. Tapi slowdown akan iya," tegasnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi berulang kali mewanti-wanti bahwa kondisi dunia dalam 'awan gelap' dan akan ada badai besar yang akan menghadang.
"Hati-hati ketidakpastian ini, mengenai ketidakpastian ini, dan tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi," kata Jokowi saat Pengarahan Presiden kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda di JCC, Jakarta, dikutip (10/10/2022).
Di sisi lain, tanda-tanda gelombang PHK mulai tampak di dalam negeri yang dipicu oleh tekanan ekonomi. Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta Nurjaman blak-blakan soal adanya PHK massal sudah terjadi saat ini.
"Kami tidak ingin gelombang PHK terjadi. Tapi, memang sekarang sudah ada. Sudah ada riak. Biasanya, dimulai dengan memutus karyawan kontrak dulu, baru kemudian PHK karyawan tetap. Ini harus dicegah, jangan sampai jadi gelombang PHK. Karena efisiensi itu memang tidak bisa dihindari," kata Nurjaman.
Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengimbau agar pemimpin menumbuhkan optimisme dan melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi resesi.
"Para Menteri yang menyatakan ancaman di depan mata adalah provokatif dan menimbulkan monster ketakutan bagi kaum buruh dengan momok monster PHK. Oleh karena itu, partai Buruh mengecam keras kalimat yang pesimis yang bertentangan dengan sikap Presiden Jokowi yang menyuarakan optimisme," tegasnya.
(haa/haa) Next Article Jokowi-Luhut Takut 'Badai', Ternyata Pengusaha Bilang Begini