²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Krisis Inggris Makin Mencekik, 115 Ribu Pekerjaan Raib!

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
11 October 2022 08:30
Penumpang mengantre untuk menaiki bis imbas stasiun bawah tanah Victoria tak beroperasi di London, Inggris, Jumat (19/8/2022). Kereta bawah tanah ditutup akibat ribuan pekerja kereta api di Inggris kembali menggelar aksi mogok yang merupakan buntut dari perselisihan yang sedang berlangsung mengenai gaji dan kondisi kerja yang diperburuk oleh krisis biaya hidup yang semakin dalam. (REUTERS/Henry Nicholls)
Foto: Penumpang mengantre untuk menaiki bis imbas stasiun bawah tanah Victoria tak beroperasi di London, Inggris, Jumat (19/8/2022). Kereta bawah tanah ditutup akibat ribuan pekerja kereta api di Inggris kembali menggelar aksi mogok yang merupakan buntut dari perselisihan yang sedang berlangsung mengenai gaji dan kondisi kerja yang diperburuk oleh krisis biaya hidup yang semakin dalam. (REUTERS/Henry Nicholls)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Krisis Inggris kembali menimbulkan korban baru. Kali ini, krisis telah membuat ratusan ribu pekerja di industri pos negara itu mogok massal.

Sebanyak 115 ribu pegawai raksasa pos negara itu, Royal Mail, memutuskan untuk melakukan pemogokan kerja. Langkah ini dilakukan sebagai protes atas gaji dan kondisi kerja setelah Royal Mail memberlakukan kenaikan gaji 2% pada Agustus lalu bagi pekerja sementara inflasi Inggris mendekati 10%.

Serikat Pekerja Komunikasi (CWU), yang mewakili pekerja pos, mengatakan pada Senin (10/10/2022) akan mengadakan dialog dengan petinggi Royal Mail untuk pembicaraan krisis ini. CWU menuturkan ini perlu dilakoni untuk menghindari 19 hari lagi aksi pemogokan.

"Meskipun kami menyambut perkembangan ini, mengingat betapa pahitnya perselisihan ini, penting bagi kami untuk tidak menaikkan harapan bahwa pertemuan ini akan membuahkan hasil," Sekretaris Jenderal CWU Dave Ward dan Pejabat Wakil Andy Furey mengatakan kepada anggota dalam surat hari Jumat, (7/10/2022), yang dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International.

"Kenyataannya adalah masih ada perbedaan besar atas program perubahan sepihak perusahaan dan tindakan serta perilaku Royal Mail yang tidak dapat diterima telah menyebabkan tingkat ketidakpercayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Pemogokan ini sendiri terjadi saat Inggris tengah mendekati hari belanja online seperti Black Friday dan Cyber Monday. CEO Royal Mail Simon Thompson menyebut perusahaannya merugi hingga 1 juta pound atau sekitar Rp 17 miliar per hari.

"Namun, saya tahu bahwa prospek aksi industri 19 hari mengkhawatirkan banyak orang dan, dari banyak pesan yang saya terima dari staf, saya juga tahu ada keinginan kuat untuk menyelesaikan perselisihan ini."

Menurut surat dari Ward ke Thompson pada Rabu pekan lalu, CWU juga mengatakan sedang mengamati struktur Royal Mail Group di masa depan, termasuk peran Royal Mail dan anak perusahaan parcel Belanda GLS yang lebih menguntungkan.

Grup ini mengubah namanya di London Stock Exchange menjadi International Distributions Services, yang oleh banyak pihak diduga merupakan awal dari pembubaran bisnis. Serikat pekerja juga prihatin tentang potensi outsourcing dalam sistem kerja Royal Mail Group.

"Seperti yang ada saat ini, berdasarkan tindakan perusahaan hingga saat ini, termasuk penyampaian pemberitahuan tentang perlindungan hukum kami, CWU hanya dapat menyimpulkan bahwa tujuan Anda adalah untuk memecah perusahaan, memperkenalkan agenda penurunan level dan beroperasi di dasar yang sama. sebagai pesaing Anda di pasar parcel," tambah Ward.


(luc/luc) Next Article Inggris Krisis, Jutaan Warga Rela Tak Makan Demi Listrik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular