
Krisis Baru Hantam Inggris, Jutaan Terancam Bangkrut

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Krisis baru muncul di Inggris. Setelah kenaikan biaya hidup akibat inflasi yang terjadi dan ancaman resesi, kini negeri itu terancam krisis Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Hal ini terjadi setelah Bank of England (BoE) terus menaikan suku bunga dan memicu pembayaran hipotek yang lebih tinggi. BoE pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5%, peningkatan yang lebih besar dari yang diperkirakan banyak pelaku pasar, ke-13 berturut-turut »å²¹²ÔÌýlevel tertinggi sejak 2008.
Langkah ini akan mempengaruhi jutaan pemilik rumah karena suku bunga KPR di Inggris terkait langsung dengan suku bunga dasar bank sentral. Penyewa juga cenderung melihat pembayaran mereka meningkat karena tuan tanah yang rata-rata mengambil kredit untuk membayar propertinya, mengalami kenaikan biaya pelunasan.
Riset oleh National Institute of Economic and Social Research memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga terbaru BoE akan menyebabkan 1,2 juta rumah tangga Inggris (4% rumah tangga nasional) kehabisan tabungan pada akhir tahun karena pembayaran hipotek yang lebih tinggi. Itu akan membuat proporsi rumah tangga yang bangkrut menjadi hampir 30% (sekitar 7,8 juta).
"Kenaikan suku bunga menjadi 5% akan mendorong jutaan rumah tangga dengan hipotek ke jurang kebangkrutan," kata Max Mosley, seorang ekonom di NIESR, kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International, dimuat Selasa (27/6/2023).Â
"Tidak ada pemberi pinjaman yang mengharapkan rumah tangga untuk menahan guncangan sebesar ini, jadi pemerintah juga seharusnya tidak demikian," tambahnya mengungkap dampak terbesar akan terjadi di Wales dan timur laut Inggris.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt pada hari Jumat bertemu dengan bank-bank besar dan membangun masyarakat untuk membahas krisis hipotek yang semakin dalam di negara tersebut. Hunt mengatakan pada hari Jumat bahwa tiga tindakan telah disetujui dengan bank, pemberi pinjaman hipotek dan Financial Conduct Authority.
Langkah itu seperti perubahan sementara pada persyaratan hipotek dan janji bahwa skor kredit tidak akan terpengaruh oleh negosiasi dengan pemberi pinjaman. Menteri juga mengatakan bahwa bagi mereka yang berisiko kehilangan rumah, pemberi pinjaman menyetujui masa tenggang 12 bulan sebelum ada kepemilikan kembali tanpa persetujuan.
"Langkah-langkah ini harus menawarkan kenyamanan bagi mereka yang cemas tentang suku bunga tinggi dan dukungan bagi mereka yang mengalami kesulitan," kata Hunt.
"Kami tidak akan gentar dalam tekad kami karena kami tahu bahwa menyingkirkan inflasi tinggi dari ekonomi kami adalah satu-satunya cara kami pada akhirnya dapat mengurangi tekanan pada keuangan keluarga dan bisnis," tambahnya.
Rachel Reeves, menteri keuangan bayangan untuk oposisi Partai Buruh, mengkritik apa yang digambarkan sebagai 'pendekatan kacau' pemerintah terhadap krisis hipotek. Apalagi, banyak persoalan KPR tiba menjelang pemilu 2024.
"Tidak seperti pemerintah ini, Partai Buruh tidak akan berdiam diri saat jutaan orang menghadapi bencana hipotek yang dibuat oleh Tories (Partai Konservatif) di Downing Street," kata Reeves melalui Twitter pada hari Kamis lalu.
Di sisi lain, Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak mengakui tak lama setelah kenaikan suku bunga, misi pemerintah untuk mengurangi separuh inflasi menjadi 5% pada akhir tahun menjadi lebih sulit. Tetapi hal itu penting.
"Saya selalu mengatakan ini akan sulit, dan jelas semakin sulit selama beberapa bulan terakhir, tetapi penting bagi kita untuk melakukannya," kata Sunak, di pertemuan puncak CEO The Times.
"Pemerintah akan tetap teguh pada jalurnya dan tetap berpegang pada rencananya," tambahnya.
Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan kenaikan suku bunga Kamis perlu untuk melanjutkan perjuangan melawan inflasi yang sangat tinggi. Angka resmi yang diterbitkan menunjukkan inflasi tahunan naik 8,7% di bulan Mei, melebihi ekspektasi.
"Kami tahu ini sulit, banyak orang dengan hipotek atau pinjaman akan sangat khawatir tentang apa artinya ini bagi mereka," kata Bailey.
"Tapi jika kita tidak menaikkan bunga sekarang, bisa jadi lebih buruk nanti," ujarnya.
(sef/sef) Next Article Inggris Masih Ngeri: Krisis Bak Kiamat, Warga Sakit Mental
