
Awas, 'Lingkaran Setan' Muncul Gegara PHK Massal

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal mulai menyebar. Tak lagi hanya melanda pabrik-pabrik padat karya di Jawa Barat, tapi juga Jawa Tengah.
Hal ini pun memicu kekhawatiran. Pasalnya, meski hanya dirumahkan, apalagi di-PHK, efisiensi karyawan berarti memangkas atau menghilangkan sumber pendapatan pekerja. Akibatnya, bisa melemahkan daya beli di dalam negeri, yang kemudian memicu efek lanjutan lainnya.
"Kalau kondisi pelemahan demand, opsi yang dimiliki hanya ada 2. Yaitu, PHK atau dipertahankan. Tapi, untuk padat karya mana ada yang sanggup," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (9/11/2022).
"Kalau PHK semakin masif pasti akan semakin mempengaruhi daya beli karena karyawan akan kehilangan 100% penghasilannya," tambah Firman.
Hal senada disampaikan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.
"Gelombang PHK harus dicegah karena menyebabkan pelemahan pendapatan masyarakat," kata Bhima.
"Kalau tingkat pengangguran kembali naik, secara agregat permintaan bisa turun. Bisa hambat pemulihan konsumsi domestik," tambah dia.
Sementara itu, Firman mengatakan, gelombang PHK berpotensi semakin parah di akhir tahun hingga awal tahun 2023. Pasalnya, penurunan daya beli di negara-negara tujuan ekspor diprediksi berlanjut, hingga memangkas order ekspor sampai 50%.
"Kalau PHK berarti buruh tak lagi mendapat pemasukan. Lalu bagaimana dia menghidupi keluarganya? Anaknya yang sekolah?," kata Firman.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perindustrian Bobby Gafur Umar mengatakan, 'lingkaran setan' akibat efek domino PHK massal bisa diputus bahkan dicegah.
"Lingkaran setan ini bisa nggak terjadi. Asalkan policy-nya tepat," kata Bobby.
Salah satunya, ujar Bobby, dengan menjaga kelangsungan dan pertumbuhan sektor UMKM di Tanah Air.
(dce/dce) Next Article 79.316 Buruh Padat Karya Di-PHK, Pengusaha Ngaku Megap-megap