²©²ÊÍøÕ¾

Harta Karun Ini Bikin RI Selamat dari 'Bahaya' Ekonomi China

Arrijal Rachman, ²©²ÊÍøÕ¾
06 December 2022 15:05
Indonesian President Joko Widodo, right, shows the way to Chinese President Xi Jinping during their bilateral meeting on the sidelines of the G20 summit in Nusa Dua, Bali, Indonesia, Wednesday, Nov. 16, 2022.     Achmad Ibrahim/Pool via REUTERS
Foto: via REUTERS/POOL

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perlambatan ekonomi China akibat kebijakan Zero-Covid yang diterapkan pemerintahannya memberikan sinyal bahaya bagi perekonomian Indonesia. Ini karena hubungan perdagangan kedua negara teramat erat.

Pangsa pasar ekspor Indonesia ke China sepanjang Januari - Oktober mencapai US$ 51,5 miliar dan berkontribusi 22,3% dari total ekspor. Jika ekonomi China melambat, maka Indonesia akan turut terpukul. Ini pun diakui pemerintah Indonesia.

"Berarti kalau terjadi perlambatan, kalau kita membaca one on one seolah-olah kan berarti kalau setiap 1% turunnya di China, 0,25% penurunan Indonesia," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir saat ditemui di Hotel Le Meridien Jakarta, Selasa (6/12/2022).

Kendati begitu, Iskandar berujar, masih ada secercah harapan perlambatan ekonomi di China tidak akan banyak berdampak terhadap perlambatan ekonomi Indonesia, khususnya dari sisi ekspor. Sebab, China memiliki ketergantungan yang kuat terhadap beberapa komoditas ekspor andalan Indonesia yang telah dihilirisasi.

Sejumlah harta karun dari Indonesia yang telah membuat China sangat ketergantungan dengan Indonesia itu, kata Iskandar, diantaranya komoditas Nikel, Kobalt, hingga bauksit. Berbagai komoditas ini mereka gunakan untuk industri kendaraan listrik berbasis baterai atau electric vehicle (EV) yang tengah menjadi primadona di kancah internasional.

"Dia tidak akan menurunkan permintaannya untuk sektor-sektor tertentu tadi, nikel kobalt, bauksit, itu kebutuhan utama dari EV. Jadi walaupun itu melambat kebutuhan komponen bahan baku ini tidak akan turun," ucap Iskandar.

Perekonomian China diperkirakan akan mencatat kinerja terburuk dalam hampir 5 dekade terakhir. Penyebabnya, datang dari dalam dan luar negeri.

Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.

Nomura memangkas proyeksi PDB China 2022 menjadi 2,8% saja. Untuk tahun depan, PDB diperkirakan tumbuh 4%, dipangkas dari proyeksi sebelumnya 4,3%.

Riset terbaru UOB juga menunjukkan pelemahan ekonomi yang akan terjadi di China berlangsung cukup lama. Negeri Tirai Bambu tersebut memberikan andil besar terhadap turunnya perekonomian banyak negara dan dunia secara keseluruhan.

Jika tidak memperhitungkan tahun 2020, ketika dunia dilanda pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19), maka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tersebut menjadi yang terendah sejak 1976. Pada 2020 lalu, PDB China tumbuh 2,2% saja, tetapi hal yang sama juga melanda dunia.


(haa/haa) Next Article Awas! Krisis di China Bisa Bikin Ekspor RI Kacau Balau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular