²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

'Malapetaka' Baru Benar Ancam Eropa, Warga Jerman Juga Siaga

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
23 December 2022 08:00
Jerman
Foto: Reuters

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Krisis energi memang menjadi 'malapetaka' baru di Eropa. Hal ini membuat banyak warga di sejumlah negara bersiap-siap.

Di Jerman misalnya, warga mulai menyediakan stok lilin untuk penerangan di rumah. Direktur Teknis Asosiasi Produsen Lilin Eropa, Stefan Thomann, mengaku hal ini.

"Permintaan lilin sangat kuat saat ini," ujarnya kepada radio asal Amerika Serikat (AS), KNKX, pekan ini, dikutip Jumat (23/12/2022).

Sebelum serangan Rusia ke Ukraina, Jerman mendapatkan lebih dari setengah gas alamnya dari Moskow. Berlin adalah pelanggan gas alam terbesar Rusia di Uni Eropa (UE), dan banyak orang Jerman menggunakan gas ini untuk memanaskan rumah mereka, menghasilkan listrik, dan menggerakkan pabrik mereka.

Namun, setelah perang dimulai, Jerman mulai mengurangi impor gas alam Moskow sebagai penolakan atas aksi militer yang dikirimkan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina. Padahal, ekonomi Jerman sangat bergantung pada gas Rusia, dan politisi enggan untuk sepenuhnya menghentikan alirannya.

Bukan hanya lilin, warga Jerman sebenarnya juga sudah menimbun kayu bakar sejak Agustus. Direktur perusahaan penggergajian kayu di Sankt Augustin, di dekat Bonn mengakui hal itu.

"Banyak orang memesan kayu bakar untuk digunakan sebagai pemanas ruangan pada musim dingin," katanya dimuat DW.

"Saya tidak ingin kedinginan pada musim dingin. Saya pernah mengalami itu," kata pembuat kayu Jerman lainnya, merujuk ke kalimat yang sekarang sering didengar pembuat oven kayu bakar Günter Meurer.

Sementara itu, kondisi serupa juga terjadi di Swedia. Baru-baru ini, pemerintah negara itu memperingatkan rumah tangga dan perusahaan untuk mempersiapkan pemadaman listrik musim dingin ini di tengah pemadaman reaktor nuklir, cuaca dingin, dan kekurangan energi di Eropa setelah ekspor gas Rusia berkurang akibat perang di Ukraina.

"Risiko pemadaman adalah nyata dan Swedia harus mempersiapkan diri untuk ini. Swedia belum pernah berada dalam situasi ini sebelumnya," kata Menteri Pertahanan Sipil Carl-Oskar Bohlin pada konferensi pers.

Pemerintah Swedia awal bulan ini mendesak warga untuk mengkonsumsi lebih sedikit listrik karena biaya listrik Nordik meningkat tahun ini, di tengah kekhawatiran bahwa pengurangan pengiriman gas Rusia ke Eropa dapat menyebabkan kekurangan.

"Rencana darurat harus mempertimbangkan kemungkinan pemadaman pendek maupun yang lebih lama, di mana listrik tidak kembali seperti yang direncanakan. Mereka yang dalam keadaan normal dapat menjaga dirinya sendiri, juga harus mampu melakukannya dalam krisis seperti pemadaman listrik," tambah Bohlin.

Sementara itu, selain krisis, Swedia juga dibayang-bayangi angka kemiskinan akibat melonjaknya harga energi dan pangan. Hal ini menjadi salah satu catatan penting mengingat Swedia termasuk yang paling tinggi dalam hal kesejahteraan publik sehingga seharusnya ekonomi negara itu lebih tahan guncangan.

"Swedia benar-benar mengalami masalah kemiskinan, dan meskipun tidak banyak yang membicarakannya, tahun ini benar-benar menjadi lebih buruk,"kata petinggi perusahaan supermarket Matmissionen, Johan Rindevall, kepada Al Mayadeen.

Sebelumnya, di Prancis, warga mulai membeli kompor kemah, generator listrik, dan obor. Ini sebagai antisipasi jika aliran listrik padam pada musim dingin ini.

Antisipasi itu terjadi setelah pemerintah memperingatkan kemungkinan matinya listrik akibat berhentinya operasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Belum lagi gangguan pasokan gas Rusia, imbas dari perang dengan Ukraina.

Fenomena ini juga terjadi di Inggris. Ini setelah National Grid pada Oktober memperingatkan bahwa negara itu dapat menghadapi pemadaman listrik jika tidak dapat mengimpor listrik dari Eropa.


(sef/sef) Next Article Krisis Energi Makin Nyata di Jerman, Fakta Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular