
WHO Serang Data Covid China, Ada Apa Xi Jinping?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa data kasus Covid-19 di China tidak merepresentasikan kondisi sebenarnya di lapangan. Hal ini terjadi tatkala wabah dilaporkan melonjak dan meluas di Negeri Tirai Bambu itu.
Pada Selasa, para ilmuwan China mempresentasikan data kepada kelompok penasihat teknis WHO yang menunjukkan tidak ada varian virus corona baru yang ditemukan di negara berpenduduk 1,4 miliar orang itu. Tetapi komentar pejabat WHO pada hari Rabu berbeda.
Ini adalah kritik paling keras tentang penanganan pandemi China baru-baru ini. WHO mengklaim data kematian yang dimiliki Beijing terlalu kecil.
"Kami percaya angka saat ini yang diterbitkan dari China kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit ini dalam hal penerimaan rumah sakit, dalam hal penerimaan ICU, terutama dalam hal kematian," kata Direktur Kedaruratan WHO, Mike Ryan, dikutip dari Reuters, Kamis (5/1/2023).
Akhir bulan lalu, negara terpadat di dunia itu mempersempit definisinya untuk mengklasifikasikan kematian terkait Covid-19Â yakni hanya menghitung kematian yang melibatkan pneumonia atau kegagalan pernapasan yang disebabkan Covid. Ini membuat para pakar kesehatan dunia heran.
WHO mengatakan kematian harus dikaitkan dengan Covid-19 jika disebabkan oleh 'penyakit yang kompatibel secara klinis' pada pasien dengan kemungkinan atau infeksi yang dikonfirmasi. Selain itu, tidak ada penyebab kematian lain yang tidak terkait, seperti trauma.
China telah melaporkan lima atau lebih sedikit kematian per hari sejak kebijakan nol-Covid dilonggarkan. Tetapi banyak rumah duka dan rumah sakit mengatakan mereka kewalahan dan pakar kesehatan internasional memperkirakan setidaknya 1 juta kematian terkait Covid-19 bila tidak ada penanganan segera.
"Itu benar-benar tergantung pada langkah-langkah yang ada," kata pimpinan teknis Covid-19 WHO Maria van Kerkhove.
Kerkhove menambahkan WHO sedang bekerja dengan China untuk meningkatkan akses ke alat penyelamat jiwa dan mengatasi masalah tenaga kesehatan di daerah yang terkena dampak paling parah.
Direktur departemen koordinasi kesiagaan dan respons WHO, Abdi Rahman Mahamud, menambahkan dengan prediksi adanya gelombang infeksi lain saat keluarga berkumpul untuk liburan Tahun Baru Imlek. Ia mengatakan tingkat vaksinasi perlu ditingkatkan dan orang harus memakai masker untuk melindungi diri dari infeksi.
Sebelumnya dalam pengarahan, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan kembali bahwa badan tersebut "prihatin" tentang lonjakan infeksi Covid-19 di China dan sekali lagi mendesak Beijing untuk memberikan data yang cepat dan teratur tentang rawat inap dan kematian di sana serta data nyata- pengurutan virus waktu.
"WHO prihatin dengan risiko terhadap kehidupan di China dan telah menegaskan kembali pentingnya vaksinasi, termasuk dosis penguat untuk melindungi dari rawat inap, penyakit parah, dan kematian," kata Tedros.
(sef/sef) Next Article Panas! China Balas Kritik WHO soal Data Covid