²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Panic Buying Guncang Korsel Gegara Jepang, Kok Bisa?

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
06 July 2023 07:40
Rak-rak kosong terlihat di toko kelontong saat pembeli menimbun makanan sebelum Badai Fiona mendarat di Halifax, Kanada Jumat (23/9/2022). Sebelumnya, badai Fiona juga terjadi di Puerto Rico yang menghancurkan wilayah yang berada di bagian Timur Karibia tersebut. (Darren Calabrese /The Canadian Press via AP)
Foto: Ilustrasi (Darren Calabrese /The Canadian Press via AP)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Korea Selatan (Korsel) dilanda panic buying. Warga Negeri Ginseng itu mulai menimbun garam laut dan barang-barang lainnya dalam jumlah berlebihan.

Hal ini disebabkan manuver negara tetangganya, Jepang. Tokyo berencana melepaskan lebih dari 1 juta metrik ton air ke Samudera Pasifik yang sebelumnya digunakan untuk mendinginkan reaktor nuklir yang rusak di pembangkit listrik Fukushima 2011 lalu.

Jepang telah berulang kali berupaya meyakinkan bahwa airnya aman dan telah disaring untuk menghilangkan sebagian besar isotop meskipun mengandung jejak tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air. Namun hal ini masih menjadi kekhawatiran bagi para nelayan dan konsumen hasil laut.

Otoritas perikanan Korsel telah berjanji untuk meningkatkan upaya memantau tambak garam alami untuk setiap kenaikan zat radioaktif dan mempertahankan larangan makanan laut dari perairan dekat Fukushima.

"Saya baru saja membeli lima kilogram garam," kata Lee Young Min, ibu dua anak berusia 38 tahun, menambahkan bahwa dia belum pernah membeli garam sebanyak itu sebelumnya.

"Sebagai seorang ibu membesarkan dua anak, saya tidak bisa hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa. Saya ingin memberi mereka makan dengan aman," pungkasnya kepada Reuters yang dikutip Kamis, (6/7/2023).

Panic buying telah menyebabkan kenaikan harga garam di Korsel sebesar 27% pada Juni. Selain kepanikan akibat pembuangan air reaktor Fukushima, para pejabat mengatakan cuaca dan produksi yang lebih rendah juga menjadi penyebabnya.

Sebagai tanggapan, pemerintah Korea telah memutuskan untuk melepaskan sekitar 50 metrik ton garam per hari dari stok. Bahkan, mereka memberi diskon 20% dari harga pasar hingga 11 Juli.

"Saya khawatir pelepasan air limbah tidak hanya mencemari (laut) dan menyebabkan masalah kesehatan, tetapi juga menaikkan harga garam dan makanan laut," ujar Park Young Sil, seorang wanita berusia 67 tahun saat berbelanja di pasar tradisional di Seoul.

Menurut sebuah survei bulan lalu oleh lembaga survei Research View, lebih dari 85% publik Korsel menentang rencana Jepang. Tujuh dari 10 orang mengatakan bahwa mereka akan mengkonsumsi lebih sedikit makanan laut jika pembuangan air limbah reaktor nuklir dilanjutkan.

Seorang pemilik toko grosir garam di ibu kota, Hyun Yong-gil, menuturkan bahwa penjualan meningkat 40% hingga 50%. Padahal harga telah meroket.

"Akhir-akhir ini kami mendapatkan lebih banyak pelanggan dari biasanya dan banyak dari mereka tampaknya khawatir dengan rencana pelepasan air limbah," katanya.

Selain Korsel, China telah mengutuk langkah untuk melepaskan air limbah. Beijing menuduh Jepang kurang transparan dan mengatakan itu merupakan ancaman bagi lingkungan laut dan kesehatan warga di seluruh dunia.

Meski begitu, Direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, membela Negeri Sakura. Ia mengatakan "metode yang dipilih Jepang layak secara teknis dan sejalan dengan praktik internasional".

Grossi sendiri dijadwalkan untuk mengunjungi Jepang pekan depan. Ia akan bertemu dengan para pemimpin Jepang dan melihat persiapan akhir untuk pelepasan air limbah radioaktif yang diolah.


(sef/sef) Next Article Heboh Korsel Resuffle Kabinet Gegara Blackpink, Ini Ceritanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular