²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Bukan Cuma Gegara Putin, 3 Hal Ini Bisa Picu 'Kiamat Makanan'

luc, ²©²ÊÍøÕ¾
18 July 2023 10:55
Farmers work in a paddy field on the outskirts of Guwahati, India, Tuesday, June 6, 2023. Experts are warning that rice production across South and Southeast Asia is likely to suffer with the world heading into an El Nino. (AP Photo/Anupam Nath)
Foto: AP/Anupam Nath

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Dunia di ambang bencana pangan. Kondisi tersebut disebabkan oleh kebijakan sejumlah negara dan hantaman fenomena El Nino yang 'membakar' bumi.

Gangguan terhadap pasokan pangan akan mengakibatkan harga makanan melambung. Hal itu akan membebani negara yang mengandalkan impor maupun negara yang sedang berada di ambang kemiskinan.

Berikut sejumlah pemicu 'kiamat makanan' sebagaimana dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (18/7/2023).

Gejolak di Laut Hitam

Rusia pada Senin (17/7/2023) menghentikan partisipasinya dalam Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam. Hal ini menyebabkan kekhawatiran di negara-negara berpenghasilan rendah bahwa kenaikan harga akan membuat makanan tidak terjangkau.

Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam memungkinkan Ukraina dan Rusia untuk terus mengekspor produk pangannya di tengah peperangan. Kesepakatan ini ditengahi oleh PBB dan Turki dan ditandatangani pada Juli 2022 lalu.

Kremlin mengatakan pihaknya menarik diri dari inisiatif itu lantaran ada kegagalan untuk memenuhi tuntutannya dalam menerapkan aturan pelonggaran perjanjian paralel untuk ekspor makanan dan pupuknya sendiri.

"Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam terkait Rusia sejauh ini belum dilaksanakan, sehingga efeknya dihentikan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, dikutip Reuters.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengisyaratkan bahwa penarikan Rusia berarti bahwa pakta terkait untuk membantu ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia juga dihentikan.

"Keputusan hari ini oleh Federasi Rusia akan memukul orang-orang yang membutuhkan di mana-mana," ujarnya.

Moskow mengatakan akan mempertimbangkan untuk bergabung kembali dengan kesepakatan biji-bijian jika melihat "hasil nyata" pada tuntutannya, tetapi jaminan untuk keselamatan navigasi sementara itu akan dicabut.

Shashwat Saraf, Direktur Kedaruratan Afrika Timur di Komite Penyelamatan Internasional (IRC), mengatakan dampaknya akan sangat besar di Somalia, Ethiopia dan Kenya, yang telah menghadapi kekeringan terburuk dalam beberapa dekade.

"Saya tidak tahu bagaimana kami akan bertahan," kata Halima Hussein, seorang ibu dari lima anak yang tinggal di kamp di ibu kota Somalia, Mogadishu.

Kebijakan Ketat India

India dilaporkan sedang mempertimbangkan rencana untuk melarang ekspor beras.

India sendiri adalah pemasok beras utama dunia. Larangan ekspor bisa melambungkan harga dan mengurangi pasokan.

Mengutip Independent, Senin (17/7/2023), pemberitaan ini bermula dari laporan Bloomberg. Sumber menyebutkan bagaimana pemerintah Perdana Menteri (PM) Narendra Modi sedang mendiskusikan rencana untuk melarang ekspor semua beras non-Basmati.

Jika larangan ini diterapkan, langkah itu akan membuat India melarang 80% berasnya. India sendiri menyumbang lebih dari 40% ekspor beras dunia.

Dimuat lama yang sama, langkah itu bertujuan untuk membatasi risiko inflasi yang meningkat. Konsumen India saat ini berjuang melawan harga yang sangat tinggi dengan sayur mayur seperti tomat naik 400%.

Sementara itu, negara-negara yang mengimpor beras dari India mengaku telah memberi perhatian khusus. Salah satunya Inggris, yang mengimpor senilai 127 juta pound atau setara Rp 2,5 triliun.

"Seiring dampak yang semakin parah, maka kelangkaan akan menaikkan harga makanan pokok yang kita impor dari luar negeri, yang tidak bisa kita tanam di sini saja," kata Gareth Redmond-King dari Unit Kecerdasan Energi dan Iklim yang berbasis di London.

Wacana larangan ini juga muncul di tengah kekhawatiran global atas dampak fenomena cuaca El Nino yang mengganggu pada pertanian, yang semakin menambah tekanan pada harga. Peristiwa cuaca siklik di Samudra Pasifik diketahui meningkatkan panas dan dapat memicu cuaca ekstrem.

Bahaya El Nino

Dunia sedang 'mendidih' akibat fenomena El Nino. Cuaca ekstrem muncul di mana-mana dan telah mendorong suhu mencapai rekor tertinggi.

Dampaknya nyata El Nino bakal berpengaruh kepada sektor pertanian yang erat kaitannya dengan pangan.

Dalam sektor pertanian, El Nino dapat menjadi tantangan besar karena dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani.

Dampak signifikannya mulai dari kekeringan, gangguan musim tanam, munculnya hama dan penyakit, penurunan kualitas tanaman sehingga memunculkan ketidakstabilan pasar hingga krisis pangan.

Adapun, sampai di pertengahan tahun 2023 ini, gelombang panas yang kini banyak menerpa negara di Asia telah menerjang Eropa. Sebelumnya, kabar suhu bak 'neraka' ini menyerang India, China dan negara-negara Asia lainnya.

Cuaca ekstrem di India membuat 90% negara itu rentan terhadap risiko kesehatan masyarakat seperti sengatan panas, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Temperatur yang melonjak juga dapat memperlambat ekonomi negara dan menghambat tujuan pembangunannya.

China juga mengalami hal serupa, Cuaca terik berkelanjutan selama bulan Mei, menyebabkan China dihadapkan gelombang panas yang tak henti. Konsumsi listrik dalam tekanan akibat permintaan AC yang melonjak di kota-kota besar, seperti Shanghai.


(luc/luc) Next Article Fakta Ngeri 'Kiamat Makanan' Gegara Rusia, Dunia Teriak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular