²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

"Kiamat" Baru Muncul karena Rusia-India, Efek Ngeri Terasa

sef, ²©²ÊÍøÕ¾
07 August 2023 07:55
Perdana Menteri India Narendra Modi (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap untuk berjabat tangan sebelum pembicaraan mereka selama KTT BRICS di Ufa, Rusia. (AP Photo/Ivan Sekretarev/File Foto)
Foto: Perdana Menteri India Narendra Modi (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap untuk berjabat tangan sebelum pembicaraan mereka selama KTT BRICS di Ufa, Rusia. (AP Photo/Ivan Sekretarev/File Foto)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Risiko baru dihadapi negara-negara di dunia. Ini terkait "kiamat" makanan.

Harga pangan global melonjak setelah Rusia keluar dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam (Black Sea Grain Initiative) yang membuat kembali terblokadenya ekspor pangan dari Ukraina. Beberapa pelabuhan pangan Ukraina, yang mengekspor gandum, jelai sampai minyak bunga matahari, menjadi sasaran rudal.

Sementara India membatasi beberapa ekspor beras meski negeri itu adalah eksportir utama global. Naiknya harga (inflasi) domestik dan pasokan dalam negeri menjadi alasan.

Mengutip Associated Press (AP) dan Al-Jazeera, Indeks Harga Pangan FAO yang melacak perubahan harga internasional komoditas pangan bulanan yang umum diperdagangkan, naik total 1,3% pada Juli dibanding Juni karena kedua komoditas itu. Harga global untuk komoditas seperti beras dan minyak sayur memberi pengaruh signfikan.

"Itu adalah kenaikan pertama sejak April, ketika harga gula yang lebih tinggi menaikkan indeks untuk pertama kalinya dalam setahun," analisis lembaga itu dikutip Senin (7/8/2023).

Harga beras naik 2,7% pada Juli dari bulan sebelumnya. Secara tahunan, angkanya naik 19,7%, mencapai level tertinggi sejak September 2011.

Minyak nabati sendiri melonjak 12,1% di Juli, setelah jatuh berturut-turut selama tujuh bulan. Khusus minyak utama Ukraina, minyak bunga matahari kenaikan harga mencapai 15% karena tak tentunya pasokan.

"Harga beras yang lebih mahal menimbulkan kekhawatiran keamanan pangan yang signifikan bagi sebagian besar populasi dunia, terutama mereka yang paling miskin dan yang mendedikasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli makanan," kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan lagi.

"Ini akan sangat menantang bagi Afrika sub-Sahara karena merupakan importir beras yang besar," tambah analisnya Maximo Torero.

Kenaikan juga terlihat di gandum internasional, yang naik 1,6% pada Juli dibanding Juni. Ini merupakan kenaikan pertama dalam sembilan bulan terakhir.

"Tantangan pasokan datang dari produsen utama karena konflik, pembatasan ekspor atau kekurangan produksi akibat cuaca," kata Kepala Ekonom FAO Maximo Torero, juga menyinggung perubahan iklim.

"Ini menyebabkan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan di seluruh wilayah ... kurangnya akses pangan karena kenaikan harga dan potensi kerawanan pangan," tegasnya.


(sef/sef) Next Article Fakta Ngeri 'Kiamat Makanan' Gegara Rusia, Dunia Teriak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular