²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Awas 'Perang Dagang' Baru Eropa vs China Segera Mulai

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
23 March 2024 04:30
Presiden Prancis Emmanuel Macron berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping selama upacara penyambutan di luar Aula Besar Rakyat pada 6 April 2023 di Beijing, Tiongkok. Presiden Prancis Macron berada di China untuk kunjungan kenegaraan selama tiga hari, berusaha untuk mengubah sikap Presiden China Xi terhadap perang Rusia-Ukraina, dan meningkatkan hubungan perdagangan Eropa. (Ng Han Guan - Pool/Getty Images)
Foto: (Getty Images/Pool)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ketegangan perdagangan antara Uni Eropa (UE) dan China kemungkinan akan melonjak. Hal ini akibat meningkatnya kemampuan Beijing untuk memproduksi industri strategis dengan harga yang lebih murah.

Presiden Kamar Dagang UE di China, Jens Eskelund, buka suara terkait hal ini. Ia menyamakan situasi hubungan perdagangan UE dan China seperti "kecelakaan kereta api yang bergerak lambat".

"Eropa tidak bisa begitu saja menerima bahwa industri-industri yang mempunyai nilai strategis dan merupakan basis industri Eropa sedang dihargai di luar pasar," kata Eskelund, seperti dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International, Sabtu (23/3/2024).

"Saat itulah perdagangan menjadi pertanyaan keamanan dan saya pikir hal ini mungkin belum sepenuhnya diapresiasi di China," tambahnya.

Pihak berwenang China saat ini telah mempromosikan manufaktur kelas atas sebagai cara untuk meningkatkan swasembada teknologi dan menghentikan ketergantungan perekonomian pada real estate untuk pertumbuhan. Investasi dan dukungan keuangan negara untuk manufaktur meningkat, sedangkan untuk properti menurun.

Penekanan China pada manufaktur telah memicu kekhawatiran mengenai kelebihan kapasitas, di mana kemampuan Beijing untuk memproduksi barang jauh lebih banyak daripada yang dapat diserap oleh negara lain yang kemudian dapat mengakibatkan perang harga. Eskelund mengatakan pihaknya melihat kelebihan kapasitas secara keseluruhan, baik dalam bahan kimia, logam atau kendaraan listrik.

"Perlu ada pembicaraan yang jujur antara Eropa dan China mengenai apa maksud dari hal ini," kata Eskelund, menekankan bahwa kedua belah pihak perlu menemukan cara untuk memastikan sebagian besar arus perdagangan tidak terganggu.

"Sulit bagi saya membayangkan Eropa hanya berdiam diri dan menyaksikan percepatan deindustrialisasi Eropa, karena eksternalisasi rendahnya permintaan domestik di China," ujarnya.

Manufaktur menyumbang hampir seperlima lapangan kerja di UE dam menjadikannya kategori terbesar. Sektor ini juga merupakan kontributor terbesar terhadap nilai tambah ekonomi bisnis, dengan kontribusi hampir seperempatnya.

Perdagangan Tak Seimbang

Meskipun tidak secara langsung menjadi pusat ketegangan seperti Amerika Serikat (AS)-China, sudah ada tanda-tanda dampaknya terhadap bisnis di Eropa. Laporan tersebut mengutip salah satu anggota yang tidak disebutkan namanya di bidang manufaktur maju yang mengatakan bahwa pangsa pasar perusahaan mereka di China anjlok, turun dari 35%, selama 10 tahun.

"China menempatkan kita dalam perangkap geopolitik. Kami tetap bergantung pada pasokan dari China tetapi kami tidak bisa menjualnya ke pasar," kata eksekutif yang tidak disebutkan namanya dalam laporan tersebut.

"Kami berinvestasi di tempat lain untuk melakukan diversifikasi, namun dalam praktiknya hal ini akan memakan waktu lama-mungkin lebih dari 10 tahun," ujarnya.

"Tantangan utamanya adalah mekanisme penetapan harga di Eropa sangat tertekan sehingga jika kami membatalkan mitra China kami hari ini, kami tidak akan dapat menjual di lelang Eropa, karena kami tidak mampu bersaing dengan harga dari pemain China," ujar eksekutif itu.

UE adalah mitra dagang regional terbesar China hingga Asia Tenggara baru-baru ini melampauinya. AS adalah mitra dagang terbesar China dalam basis satu negara.


(sef/sef) Next Article Usai Dibuat Marah, Kini Pemimpin Eropa Temui Xi Jinping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular