
Bata Tutup Pabrik-Sritex Terlilit Utang, Industri RI Lagi Gawat?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - PT Sepatu Bata Tbk (BATA) telah mengumumkan penutupan pabriknya yang berada di Purwakarta, Jawa Barat. Produsen sepatu ini mengaku berat menjalankan operasional buntut kerugian yang terus membengkak.
Sebelum Bata, ada PT Sri Rejeki Isman atau Sritex yang juga kondisinya mulai karam. Utang menumpuk, perdagangan saham dihentikan, terancam delisting pula jadi penyebab. Sritex memiliki tanda bahwa perusahaan semakin dekat dengan kebangkrutan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani buka suara. Menurut dia, kondisi industri padat karya seperti alas kaki dan tekstil sedang tidak baik-baik saja. Fenomena ini mulai muncul sejak 2019 dimana terjadi eksodus pabrik-pabrik tekstil dan alas kaki ke daerah yang upah minimumnya rendah.
"Sejak 2019 kami mengetahui sudah banyak industri manufaktur padat karya khususnya yang bergerak di sektor tekstil-garmen yang sedikit demi sedikit pindah ke Jateng, atau daerah lain di Jawa yang UM-nya lebih affordable dibandingkan Jabar," ungkap Shinta kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (14/5/2024).
![]() Suasana lengang Toko sepatu Bata di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2024), tetap beroperasi pascapenutupan pabrik sepatunya di Purwakarta, Jawa Barat. (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo) |
"Kondisi PHK ini pun seharusnya menjadi sinyal bagi Pemda, buruh & semua stakeholders ketenagakerjaan di Jabar untuk mereview kebijakan-kebijakan ketenagakerjaannya, khususnya terkait daya saing upah minimum & komunikasi bipartit yang baik, agar menciptakan iklim usaha yang baik bagi para pelaku usaha existing maupun calon investor baru untuk mempertahankan kegiatan produksinya & berinvestasi di Jabar," imbuhnya.
Faktor lain yang membuat industri alas kaki dan tekstil terpuruk adalah beban untuk memperoleh bahan baku impor hingga serbuan barang-barang impor ilegal.
"Di pasar domestik kita tetap menemukan produk garmen dan sepatu yang diimpor secara ilegal penyelundupan/penyalahgunaan dokumen impor, oknum-oknum, dan lain-lain. Di satu sisi industri-industri ini memperoleh tambahan beban untuk memperoleh bahan baku/penolong impor," ucapnya.
"Di sisi lain, ketika mereka ingin mengalihkan produksi ke pasar domestik, terdapat persaingan usaha yang tidak sehat karena impor-impor ilegal. Jadi industri-industri ini semakin terdesak untuk meningkatkan efisiensi produksi agar bisa tetap eksis di pasar, salah satunya dengan pengurangan karyawan," jelasnya.
(wur/wur) Next Article Pabrik Tutup, Bata Masih Gelar Pesta Diskon Sampai 84% Sandal-Sepatu
