²©²ÊÍøÕ¾

Green Economic Forum 2024

Anak Buah Luhut Sebut Bisnis Penyimpanan Karbon Punya Peluang Besar!

Rindi Salsabisa Putri, ²©²ÊÍøÕ¾
29 May 2024 14:19
Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada (Harita Nickel), Roy Arman Arfandy menyampaikan pemaparan dalam acara Green Economic Forum 2024 di Jakarta, Rabu (29/5/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada (Harita Nickel), Roy Arman Arfandy menyampaikan pemaparan dalam acara Green Economic Forum 2024 di Jakarta, Rabu (29/5/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyatakan bahwa penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS) akan menjadi bisnis baru di Indonesia yang memiliki peluang besar.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Jodi Mahardi menegaskan, bahwa banyak peluang baru yang akan diciptakan perihal bisnsi CCS itu. Sebab, banyak negara-negara lain yang membutuhkan CCS untuk membuang CO2nya.

"Kita melihat CCS ini sebagai peluang besar, value chain ini kan banyak. Banyak peluang baru yang bisa diciptakan, masih kita diskusikan bagaimana pemerintah bisa mendapatkan revenue dari CCS ini," ungkap Jodi dalam Green Economic Forum 2024 ²©²ÊÍøÕ¾, di Hotel Kempinski, Rabu (29/5/2024).

Adapun saat ini pihaknya sudah berbicara dengan PT PLN (Persero) untuk melakukan studi di mana pengembangan CCS bisa digunakan untuk PLTU batu bara yang beroperasi. "PLN sudah melakukan studi dan possible untuk dilakukan secara bertahap," tegas Jodi.

Untuk mendukung pengembangan CCS di Indonesia, Jodi bilang, pihaknya sedang menyiapkan Peraturan Presiden (Perpres) di mana, berkenaan dengan penyimpanan karbon akan dialokasikan 70% wajib untuk dalam negeri dan 30% untuk cross border.

Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki setidaknya 300 Giga Ton CO2. Hal ini tentunya mampu menarik minat investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia untuk mengembangkan CCS/CCUS.

"Kita dorong untuk voluntary, salah satunya itu cross border dalam Perpres. Yang dialokasi 70% wajib untuk domestik dan 30% untuk cross border," ungkap Jodi dalam Green Economic Forum 2024 ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (29/5/2024).

Selain itu, pihaknya juga sedang mendorong CCS Hub. Diantaranya kolaborasi antara PT Pertamina (Persero) dengan ExxonMobil.

"Salah satu 3 poin yang saya highlight dari Perpres adalah kemungkinan cross border, memungkinkan emiters.. CCS, dan mendorong license to investment. Jadi kita harap dengan adanya cross border biayanya bisa kita press dan kita mungkin perlu memberikan beberapa insentif agar industri terdorong melakukan CCS," ungkap Jodi.


(pgr/pgr) Next Article Listrik RI di 2030 Makin Hijau, Ini Datanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular