
PLN Punya Rancangan Listrik 'Paling Hijau' Hingga Tahun 2033

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - PT PLN (Persero) mengungkapkan draf revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2024-2033 akan lebih hijau. Setidaknya dalam RUPTL tersebut pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) akan mempunyai porsi yang cukup besar.
Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero) Suroso Isnandar mengatakan bahwa RUPTL 2024-2033 nantinya akan menggantikan RUPTL 2021-2030 yang saat ini masih berlaku. Adapun dalam RUPTL 2021-2030 kapasitas penambahan pembangkit EBT direncanakan sebesar 21 gigawatt (GW) atau 51,6%.
"Saat ini kami sedang merancang the greenest RUPTL 2024-2033, ini merupakan produk dari Kementerian ESDM dan PLN, kami mengusulkan dan disetujui dan sampai tahun 2060 nanti, 2030 nanti akan tambah 21 GW, akan mencapai 51,6% EBT, apakah ini cukup? masih belum cukup," kata dia dalam acara Green Economic Forum 2024, Rabu (29/5/2024).
Suroso membeberkan PLN sendiri sejauh ini telah berhasil membatalkan 13 Gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang sebelumnya direncanakan dalam RUPTL 2019-2028. PLN juga telah mengganti 1,8 GW PLTU dengan pembangkit EBT yang mempunyai fungsi baseload dan 800 MW PLTU dengan pembangkit gas.
Selain itu, PLN juga telah menerapkan penggunaan biomassa melalui teknologi co-firing untuk menekan emisi dari PLTU batu bara. Setidaknya kebutuhan biomassa untuk tahun ini mencapai 2,2 juta ton dan pada tahun depan sebesar 10 juta ton. "Pada intinya kami membangun suatu ekosistem yang menuju ramah lingkungan, agresif ini kami punya landasan yang jelas," kata dia.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) menyampaikan bahwa revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 telah sejalan dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Adapun dalam revisi ini, PLN berencana menambah porsi pembangkit Energi Baru dan Terbarukan sebesar 75%.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, diskusi mengenai pembahasan revisi RUPTL telah selaras dengan RUKN Kementerian ESDM. Hal tersebut terbukti dengan persamaan mengenai angka yang disusun.
"Begitu akur dotcom, maka diskusinya di puncak itu renyah sekali, dan berakhir dengan joget pamer bojo ini semuanya. Joget semuanya dalam suasana kegembiraan," kata dia dalam acara Road to PLN Investment Days 2024 di Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Darmawan menyebut hingga 2040 mendatang setidaknya akan ada penambahan kapasitas pembangkit listrik hingga 80 Gigawatt (GW). Dengan rincian, yakni 75% berasal dari pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) dan 25% berasal dari pembangkit berbasis gas.
"Sampai tahun 2040, penambahan kapasitas pembangkit totalnya sekitar 80 GW. 75 persennya berbasis pada energi baru terbarukan. 25 persennya adalah berbasis pada gas," ungkap Darmawan.
Menurut Darmawan, peningkatan porsi pembangkit EBT sebesar 75% bukan tanpa sebab. Hal tersebut menyusul upaya perusahaan dalam membantu pemerintah menurunkan emisi karbon di sektor pembangkitan.
Lebih lanjut, Darmawan mengaku komitmen menjalankan transisi energi dimulai sekitar 3 tahun yang lalu. Terutama ketika, perusahaan menyusun RUPTLÂ dengan menghapus rencana pembangunan proyek PLTU batu bara berkapasitas 13 GW.
Adapun pembatalan pembangunan proyek PLTU batu bara dengan kapasitas total 13 GW sebagai upaya perusahaan dalam menuju ke penggunaan energi bersih.
"3 tahun lalu, kita, Kementerian ESDM dan PLN mengubah RUPTL-nya, ada 13 GW PLTU dalam planning dihapus. Dihapus, ada 1,1 GW PLTU batu bara, bukan hanya dihapus, digantikan dengan energi baru terbarukan. Ada 800 MW PLTU yang bukan hanya dihapus, digantikan dengan gas," tambahnya.
(pgr/pgr) Next Article Listrik RI di 2030 Makin Hijau, Ini Datanya
