²©²ÊÍøÕ¾

Propertinomic

Bos Properti Buka-bukaan Bahaya Pelemahan Rupiah dan Suku Bunga Tinggi

Damiana, ²©²ÊÍøÕ¾
03 July 2024 20:25
Joko Suratno dalam Propertinomic (²©²ÊÍøÕ¾ TV)
Foto: Joko Suratno dalam Propertinomic (²©²ÊÍøÕ¾ TV)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ -Ìý- Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Joko Suranto buka suara soal pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan suku bunga tinggi, serta dampaknya bagi bisnis perumahan dan properti di Indonesia. 

Sebagai informasi, rupiah saat ini masih tertekan di atas Rp16.00 per dolar AS. Bahkan, sempat melambung ke atas Rp16.400 per dolar AS.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,15% di angka Rp16.365 per dolar AS pada hari ini, Rabu (3/7/2024). Apresiasi ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi kemarin (2/7/2024) sebesar 0,43%. 

Lalu seperti apa efeknya terhadap bisnis properti di Tanah Air?

"Kalau kaitan direct ke industri properti sebenarnya hanya ketika tekanan dolar itu memberi tekanan untuk kenaikan harga BBM. Karena ini terkait biaya logistik," katanya dalam Propertinomic ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia, Rabu (3/7/2024).

"Kaitan yang kedua ke industri properti ini adalah ketika suku bunga naik. Karena adanya tekanan capital outflow," tambahnya.

Hanya saja, lanjut Joko, saat ini ada program Pajak Pertambahan Nilai atas Rumah Tapak dan Satuan Rumah Susun yang Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Dengan kebijakan ini, jelasnya, harga rumah dikunci agar tak naik. 

"Pada posisi ini kita relatif menahan diri, mulai dengan efisien, mengurangi biaya-biaya yang kurang diperlukan, dan pastinya mengurangi laba. Yang kita lakukan juga adalah atas kondisi PPN DTP ini kita tidak boleh menaikkan (harga), concern kita ke sana. Karena kalau industri ini jalan, ekonomi akan panas, 185 industri kaitan ini akan bagus, serapan tenaga kerja, ada uang beredar hingga kemudian memberikan feed back ke industri itu sendiri," kata Joko.

Dia menambahkan, jika era suku bunga tinggi kemudian berakhir pada tahun 2024 ini, Joko tak menampik, hal itu akan membawa angin segar bagi pertumbuhan sektor properti.

"Itu akan pasti in line ya. Kita tahu 2 faktor utama KPR ini adalah suku bunga, lalu pertumbuhan ekonomi atau daya beli. Ketika pertumbuhan ekonomi bagus, pasti suku bunga turun, pasti daya belinya akan naik," ujarnya.

"Ketika disebut akan terjadi penurunan (suku bunga) maka itu sesuatu yang positif, yang sangat diharapkan. Insyaallah juga akan menggerakkan sektor properti ini lebih positif lagi, akan memberi akses semakin lebar lagi bagi teman-teman yang belum memiliki rumah. Ini akan menggerakkan 185 industri yang jadi back bone industri perumahan ini," pungkas Joko.


(dce/dce) Next Article Propertinomic: 4 Momok Ini Hambat Industri Properti RI

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular