
Main Gimbot Bikin Pusing, PDB Dulu Gembrot Sekarang Langsing!

Seperti tahun lalu, ekonomi Indonesia masih dibayangi oleh risiko terbesar bernama pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sepanjang pandemi belum pergi, situasinya akan sulit. Upaya menggenjot perekonomian akan terbentur dengan penanganan pandemi.
Apalagi pada kuartal III-2021 pandemi virus corona di Indonesia mencapai puncaknya. Sepanjang kuartal III-2021, rata-rata pasien positif corona bertambah 22.139 orang setiap harinya. Jauh lebih banyak ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 7.325 orang per hari dan kuartal III-2020 yakni 2.559 orang per hari.
Penyebabnya adalah peningkatan mobilitas masyarakat saat liburan Idul Fitri. Meski ada larangan mudik, tetapi tetap saja ada 'kebocoran'. Tidak sedikit masyarakat yang berhasil pulang ke kampung halaman untuk berlebaran bersama keluarga dan handai taulan.
Virus corona mirip dengan influenza. Virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini akan lebih mudah menular ketika terjadi peningkatan interaksi dan kontak antar-manusia. Saat kontak dan interaksi itu terjadi secara masif, hasilnya jelas: ledakan kasus positif.
Plus, ada virus corona varian delta yang jauh lebih menular ketimbang sebelumnya. Bermula dari India, varian ini kemudian menyebar ke lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia.
Rumah sakit dibanjiri oleh pasien positif corona. Tabung oksigen langka karena menjadi rebutan. Stok obat-obatan pun menipis, kalau ada harganya naik tinggi.
Dihadapkan kepada realita gelombang serangan kedua (second wave outbreak) ini, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak punya pilihan. Pembatasan sosial (social distancing) harus diketatkan.
Mulai 3 Juli 2021, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa-Bali. Wilayah luar Jawa-Bali juga menyusul tidak lama setelah itu.
Masa PPKM Darurat benar-benar mencekam. Karyawan di sektor non-kritikal dan non-esensial wajib 100% bekerja dari rumah. Siswa-siswi pun harus kembali belajar dari rumah.
Pusat perbelanjaan alias mal tidak boleh beroperasi. Restoran dan warung makan hanya melayani pesanan takeaway dan delivery. Rumah ibadah pun menutup pintu bagi para jamaah.
Untuk menegakkan PPKM Darurat, aparat keamanan dari TNI dan Polri berjaga di berbagai titik. Mereka yang kedapatan keluar rumah tanpa didasari urusan penting bin mendesak terpaksa diminta balik kanan. Intinya, masyarakat diminta untuk tetap #dirumahaja.
PPKM Darurat hanya berumur sekitar sebulan. Setelah itu pemerintah menggantinya dengan PPKM sistem level. Paling ketat adalah Level 4, paling longgar Level 1.
Pada Agustus, masih banyak daerah yang diberi cap PPKM Level 4. Aktivitas dan mobilitas masyarakat masih sangat terbatas, sama saja dengan PPKM Darurat.
Halaman Selanjutnya -->Â Ekonomi 'Mati Suri'
(aji/aji)