
Tol, Bandara & Tembakau Tanpa Asap Bikin Emiten Rokok Ngepul

- Industri tembakau dan rokok sering disebut sudah memasuki masa senja (sunset industry) seiring margin yang tergerus kenaikan tarif cukai rokok yang sangat tinggi.
- Nyatanya pada 2023 GGRMÂ dan HMSPÂ mampu melesat puluhan persen, berkat pembangunan infrastruktur dan tembakau tanpa asap
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Dua saham emiten raksasa rokok, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam, seolah menemukan napas baru di awal tahun ini. 'Dihukum' pasar bertahun-tahun, sejumlah sentimen positif ikut mendorong harga kedua saham tersebut saat ini.
Industri tembakau dan rokok sering disebut sudah memasuki masa senja (sunset industry) seiring margin yang tergerus kenaikan tarif cukai rokok yang sangat tinggi.
Selama era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), tarif cukai rokok sudah naik sebanyak 8 kali dengan rerata kenaikan 9,80% setiap tahun. Bahkan, pada 2020, rata-rata kenaikan tarif cukai rokok mencapai 23%.
Teranyar, pemerintah memutuskan untuk menaikkan tarif cukai tembakau untuk rokok sebesar 10% pada 2023 dan 2024.
Seturut dengan itu, beban pita cukai menyumbang 71-80% dari total beban pokok penjualan (COGS) Gudang Garam selama 5 tahun terakhir. Sementara, untuk kasus HMSP, beban pita cukai berkontribusi sebesar 63-70% dari COGS perseroan.
Alhasil, margin laba kotor (GPM) keduanya terus tergerus. Pada 2017, GPM GGRM mencapai 21,9%, sedangkan pada 2021 turun drastis menjadi sebesar 11,4%. Hingga kuartal III 2022, GPM perusahaan sebesar 8,19%.
Untuk HMSP, GPM perseroan turun menjadi 17,1% pada 2021 dan 15,00% hingga kuartal III 2022. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan GPM HMSP pada 2017 yang sebesar 24,4%.
Margin laba operasi (OPM) dan margin laba bersih (NPM) keduanya juga ikut tertekan.
Harga saham perusahaan juga rontok. GGRM, misalnya, sempat di angka Rp94.000 pada 2019. Sebelum rebound ke Rp26.000-an, saham GGRM bahkan sempat di level Rp16.000 pada awal Januari 2023.
Kemudian, saham HMSP terjun dari level Rp5.500/saham yang sempat di sentuh pada 2018 hingga sempat ke Rp795/saham pada Januari lalu.
Sejurus dengan itu, GGRM dan HMSP keluar dari sejumlah indeks elite, termasuk LQ45.
Tenaga Baru, Mengepul di Awal 2023
Awal 2023 menjadi momentum rebound saham GGRM dan HMSP. Per Rabu (22/2/2023) GGRM melonjak 44,72% ke Rp26.050/saham year to date (YtD), sedangkan HMSP melejit 35,71% Rp1.140/saham YtD.
Kedua saham tersebut menghalau sentimen kenaikan cukai rokok yang biasa terjadi di awal tahun dengan beberapa kabar positif.
Gudang Garam sejak saat ini semakin serius membangun infrastruktur di Kediri, Jawa Timur. Tak hanya bandara, perusahaan raksasa rokok ini juga menginisiasi pembangunan jalan tol sepanjang 44,51 km.Gudang Garam dinyatakan sebagai pemenang tahapan prakualifikasi tender Tol Kediri-Tulungagung yang akan menghubungkan kota Kediri dengan Kabupaten Tulung Agung.
Rencananya tahun depan akan dilakukan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT)yang akan dilanjutkan dengan pendanaan, perencanaan teknis hingga pelaksanaan konstruksi.
Untuk diketahui tol ini juga merupakan lanjutan dari tol Kertosono-Kediri yang akan melintasi kawasan bandara Dhoho di Banyakan, Kabupaten Kediri. Adapun nilai investasi tol ini mencapai Rp 10,25 triliun untuk 50 tahun masa konsesi. Diketahui Gudang Garam tengah membangun Bandara Internasional Dhoho, melalui anak usahanya PT Surya Dhoho Investama (SDHI). Pembangunan bandara ini murni tanpa menggunakan APBN. Bandara ini dibangun dengan nilai investasi mencapai Rp 6 triliun. Dirancang memiliki terminal penumpang seluas 18.000 meter persegi, diproyeksikan berkapasitas 1,5 juta penumpang per tahun.Nantinya bandara ini direncanakan akan melayani penerbangan umrah dari Kediri.
Dalam kasus HMSP, investasi anyar perseroan berupa Fasilitas Produksi Produk Tembakau Bebas Asap di Karawang, Jawa Barat, membawa sejumput optimisme untuk investor.
Selain itu, kabar lainnya terkait mengenai ekspor perdana produk tembakau bebas asap bagi IQOS dengan merek HEETS di Karawang, Jawa Barat.
Diwartakan pada 17 Januari lalu, ekspor tersebut seiring dengan beroperasinya pabrik fasilitas produksi yang mulai beroperasi pada akhir tahun lalu dengan realisasi investasi senilai lebih dari US$ 186 juta.
Menurut public expose HMSP pada 20 Februari lalu, pabrik tersebut mulai beroperasi sejak kuartal IV 2022 dan diresmikan pada 12 Januari 2023.
Pabrik HEETS di Indonesia akan berfokus untuk memenuhi permintaan pasar ekspor di kawasan Asia Pasifik maupun pasar domestik dan sejalan dengan prioritas pemerintah untuk mendorong investasi dan peningkatan ekspor barang jadi.
Pabrik tersebut merupakan fasilitas produksi Philip Morris International (PMI) untuk produk tembakau inovatif bebas asap yang pertama di Asia Tenggara dan ketujuh di dunia.
Sejak 2008, PMI telah berinvestasi lebih dari US$10,5 miliar dalam pengembangan, pembuktian ilmiah, manufaktur, komersialisasi, dan inovasi berkelanjutan dari produk bebas asap.
Menurut catatan CGS-CIMB terkait public expose HMSP, kontribusi IQOS terhadap penjualan bersih HMSP masih belum signifikan, kurang dari 5%. Apabila tingkat utilisasi sekitar 40% pada 2024, terutama ditopang ekspor, segmen IQOS bisa menambah 5-6% laba tahun penuh 2024.
Apabila tidak ada beban cukai yang berlebih, IQOS berpeluang melonggarkan margin dan menjadi pendorong pertumbuhan untuk HMSP di masa depan.
Secara umum, kenaikan cukai yang tinggi untuk produk SKM akan kembali menekan kinerja dan valuasi perusahaan rokok. GGRM, yang menaikkan harga jual, mungkin bisa menahan penurunan margin.
Pemulihan daya beli selama 2023, menjelang tahun Pemilu 2024, juga akan berdampak terhadap penjualan rokok kedua raksasa tersebut.
Saat ini, GGRM diperdagangkan 13,33 kali di atas laba perusahaan (berdasarkan rasio price-to earnings [P/E] forward). Angka tersebut masih di bawah mean 5 tahun di angka 14,54 kali.
Sementara, rasio P/E forward HMSP berada di angka 17,13 kali, di bawah mean 5 tahun 24,38 kali.
Ini artinya, masih ada sedikit ruang upside untuk kedua saham tersebut.
Hanya saja, yang perlu diingat, apabila menilik insight analisis teknikal, tren mayor keduanya masih menurun (downtrend) sehingga masih membutuhkan waktu untuk mulai yakin bahwa saham GGRM dan HMSP kembali berjaya.
Apalagi, kenaikan agresif tarif cukai rokok masih akan terus menghantui perusahaan rokok di tahun-tahun mendatang.
Terobosan IQOS ala HMSP, kenaikan harga jual rokok, hingga pemasukan dari bandara ala GGRM, dan segala ekspansi ke depan bisa menjadi obat penangkal tarif cukai tersebut. Mari kita tunggu.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research, divisi penelitian ²©²ÊÍøÕ¾. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)