²©²ÊÍøÕ¾

IPO Watch

Kecipratan Proyek IKN, IPO PIPA Langsung Jual Mahal?

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
27 March 2023 09:45
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)
  • IPO PIPA ditawarkan dengan harga premium dimana PBV dua kali alias investor harus membayar dua kali lebih maha
  • Pada September 2021 ke September 2022 terjadi penurunan pada laba bersih PIPA sebesar 6,90% karena terdapat kenaikan pada beban-beban usaha.
  • Perseroan mengklaim untuk proyek IKN akan masuk melalui BUMN yang ditunjuk seperti WIKA, PP, Hutama Karya dan Waskita Karya.

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Salah satu calon emiten di sektor perindustrian akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia. PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA) yang berencana melantai di BEI pada 10 April 2023.

Dimana harga penawaran awal berada di area Rp100-Rp110, dengan saham yang ditawarkan sebanyak 9,25 juta lot. Dana IPO yang akan diraih sebanyak Rp92,5 miliar hingga Rp101,7 miliar, dan market cap berada di Rp342 miliar-Rp377 miliar.

Yang menarik perhatian para investor yakni ada waran gratis dari Perseroan dengan rasio 10:9. Dimana setiap pemegang 10 saham baru Perseroan berhak memperoleh 9 Waran Seri I. Setiap satu Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru Perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.

Diketahui harga saham PIPA ditawarkan dengan harga premium alias dua kali lebih mahal. Namun PIPA berencana akan ikut serta dalam proyek pembangunan Ibu Kota Negara Indonesia baru yakni IKN. Waskita merupakan salah satu klien dari PIPA.

Bagaimana dengan prospeknya? Mari simak.

Penggunaan Dana IPO

Valuasi

Secara harga kewajaran Book Value (BV) dan Price Book Value (PBV) harga IPO yang ditawarkan PIPA sudah cukup mahal atau overvalued. Dimana investor harus membayar 2 kali lebih mahal.

Secara Gross Profit Margin (GPM) PIPA berada di angka yang tidak cukup buruk berada di 25,82%. Angka tersebut adalah margin atau selisih dari pendapatan dengan beban pokok pendapatannya.

Untuk Net Profit Margin (NPM) PIPA berada di angka yang cukup kecil di 4,67%. Angka tersebut masih berada di bawah 10% untuk angka ideal penghasil laba bersih yang baik.

Secara Return On Equity (ROE) berada di angka 3,28%. Angka ini juga masih di bahwa ROE baik di 8,32%. Sehingga dalam mengelola modal terhadap laba bersihnya masih kurang efisien.

Untuk Return On Asset (ROA) berada di angka 1,90%. Angka ini juga masih berada di bawah ROA baik di 5,98%. Sehingga dalam mengelola aset terhadap laba bersihnya masih kurang efisien.

Untuk Debt to Equity Ratio (DER) berada di 72,32%. Angka ini cukup baik berada di bawah 100%. Berarti total modal masih jauh lebih besar dibandingkan dengan total hutangnya. Sehingga dalam kemampuan membayar hutang terhadap modalnya masih cukup baik.

Dan secara Cash Ratio (CR) berada di 159,04%. Angka ini juga cukup baik berada di atas 100%. Berarti likuiditas PIPA cukup baik, dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancar atau kasnya cukup baik.

Pertumbuhan laba

Jika melihat dari pertumbuhan laba periode 2020 ke 2021 terjadi kenaikan 33,74% dari Rp1,3 miliar menjadi Rp1,8 miliar.

Pada periode September 2021 ke September 2022 terjadi penurunan pada laba bersih sebesar 6,90% dari Rp1,59 miliar menjadi Rp1,48 miliar. Penurunan terjadi karena terdapat kenaikan pada beban-beban usaha sehingga menggerus dari laba PIPA.

Kompetitor

Kompetitor perpipaan ada PT Steel Pipe Industry Of Indonesia Tbk (ISSP) salah satunya yang telah listing di Bursa Efek Indonesia.

Secara PBV ISSP lebih unggul dengan masih undervalued alias murah. Secara sektoral atau PER bisa terbilang murah jika berada di bawah 22, sehingga jelas ISSP lebih murah dengan PER 4,64 dibandingkan PIPA di 200,7 hingga 220,8.

Secara margin atau GPM PIPA lebih menghasilkan margin lebih besar dibandingkan PIPA. Namun meskipun margin lebih besar, dalam menghasilkan laba bersih justru lebih baik ISSP di NPM 6,16%, sedangkan PIPA di 4,67%.

Bisnis

Perseroan berdiri pada tahun 2005 diawali dengan produksi dan perdagangan lem pipa. Perseroan saat ini memiliki fasilitas produksi pipa PVC, fitting PVC, produk material bangunan dan lem PVC dengan kapasitas produksi terpasang sebesar kurang lebih 300 (tiga ratus) ton yang terletak di Kota Tangerang - Banten.

Beberapa produk material bangunan (material building) yang di produksi oleh Perseroan antara lain Pipa PVC, Fitting PVC, Ember Cor dan Bening, Talang, Lem Pipa PVC & Lem Kayu, dan produk lainnya. Perseroan menangani beberapa kebutuhan bahan bangunan di beberapa sektor dan industri seperti untuk properti, manufaktur, agrikultur dan beberapa proyek-proyek besar seperti infrastruktur termasuk pemenuhan pipa PVC untuk keperluan jalan tol Pemerintah di daerah Jawa dan Sumatera.

Prospek Bisnis

Perseroan mengklaim untuk proyek IKN akan masuk melalui BUMN yang ditunjuk seperti WIKA, PP, Hutama Karya dan Waskita Karya.

Tidak menutup kemungkinan PIPA juga akan ikut serta dalam distribusi perpipaan untuk proyek-proyek yang dijalankan di IKN nantinya. Karena diketahui WSKT menjadi salah satu klien dari PIPA.

Sektor konstruksi di Indonesia diprediksi akan tetap bertumbuh di tahun 2023 sebesar 5,78% menurut Cahyono Siswanto, manajer riset nasional BCI Central.

Dimana optimisme tersebut berasal dari sentimen pembangunan ibu kota negara baru yakni IKN. Kemudian juga konstruksi sipil diperkirakan akan meningkat sebesar 10,13% pada tahun 2023 dengan nilai Rp157,46 triliun.

Dimana proyek sipil yang menjadi tulang punggung pada tahun 2023 adalah jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan dan pekerjaan sipil serta pembangkit listrik.

Sedangkan untuk sektor bangunan diperkirakan meningkat 10,13% pada tahun 2023 dengan nilai Rp175,49 triliun.

Kemudian untuk kategori proyek perumahan dan industri diharapkan menjadi kontributor terbesar terhadap total nilai konstruksi bangunan pada tahun 2023 dengan porsi masing-masing 31,28% dan 25,02%.

Sedangkan proyek ritel dan perkantoran menjadi proyek yangs edang berkembang di tahun 2023.

Layak beli atau tidak

Jika investor melihat dari harga kewajaran tentu saham PIPA ditawarkan dengan harga dua kali lebih mahal. Selain itu turunnya laba pada periode September 2022 sebesar 6,90% dari periode September 2021 berasal dari tingginya biaya-biaya pada beban usaha. Hal ini akan menjadi perhatian Perseroan agar bisa mengefisiensikan biaya untuk memaksimalkan profit.

Namun investor bisa melihat hasil ekspansi PIPA dalam keikutsertaan pada proyek IKN. Apakah akan menopang kinerja dari PIPA atau sebaliknya. Jika investor ingin tetap mengoleksi saham PIPA bisa menunggu harga diskon setelah listing. Jika harganya lebih murah tentu akan menjadi lebih menarik. Untuk saat ini harganya masih cukup premium sehingga belum begitu menarik.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation