BI Bikin Hajatan Penting, Amerika Beri Dua Kabar Gembira
- Pasar keuangan Tanah Air kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau di mana IHSG dan rupiah sama-sama menguat sementara SBNÂ kembali dicari investor
- Wall Street secara mayoritas kompak menguat karena optimisme melunaknya kebijakan The Fed
- Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), ambruknya indeks dolar dan imbal hasil US Treasury akan membayangi pergerakan pasar keuangan hari ini
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Selasa (28/11/2023) kemarin kompak positif, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah ditutup menguat, sedangkan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) mulai melandai.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan melanjutkan tren positifnya hari ini sejalan dengan banyaknya kabar baik dari AS, termasuk melandainya dolar dan imbal hasil US Treasury. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (28/11/2023), ditutup menguat 0,39% ke posisi 7.041,073. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000 pada hari ini.
Nilai transaksi IHSG pada hari ini mencapai Rp 11 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang ditransaksikan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 249 saham terapresiasi, 276 saham terdepresiasi, dan 237 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 2,83%. Selain infrastruktur, sektor bahan baku juga menjadi penopang IHSG yakni sebesar 1,57%.
Investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) meski jumlahnya cenderung terpangkas yakni mencapai Rp 43,72 miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin. Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 175,63 miliar.
Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, secara mayoritas menguat. Kecuali indeks Hang Seng Hong Kong, Straits Times Singapura, Nikkei 225 Jepang, dan KLCI Malaysia yang melemah kemarin.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga kembali ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15,490/US$ di pasar spot, menguat 0,39% di hadapan dolar AS.
Di Asia-Pasifik, rupiah menjadi runner up, di mana baht Thailand menjuarai dengan menguat 0,4%. Hanya dolar Hong Kong yang melemah dihadapan dolar AS kemarin.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Selasa kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya mulai menguat terlihat dari imbal hasil (yield) yang mulai melandai.
Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 0,9 basis poin (bp) menjadi 6,886%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, maka tandanya investor sedang memburu SBN.
Pasar keuangan RI yang kompak positif terjadi di tengah masih derasnya aliran dana investor asing yang masuk ke pasar keuangan RI.
Menurut data Bank Indonesia (BI), pada transaksi periode 20 - 23 November 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 7,03 triliun (beli neto Rp 1,59 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 0,30 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 5,13 triliun di SRBI).
Sementara pada pekan ketiga November 2023, capital inflow pun terjadi dari asing dengan total Rp 7,33 triliun.
Selain itu, bergairahnya pasar keuangna RI terjadi saat masa kampanye Pemilu 2024 resmi dimulai mulai kemarin hingga 10 Februari 2024. Secara historis, pergerakan IHSG saat masa kampanye hingga nanti puncaknya yakni pemilihan cenderung bergairah.
(chd/chd)