²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Warga RI Protes Keras: Akankah IHSG Bakal Kesengat Isu Tapera Juga?

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
29 May 2024 06:00
federal reserve
Foto: Reuters

Pasar keuangan RI pada perdagangan kemarin terpantau bervariasi, di mana IHSG berhasil bangkit, tetapi rupiah kembali merana.ÌýWall street juga bergairah kemarin, setelah pada Senin lalu kemarin tidak dibuka karena adanya libur Hari Memorial.

Meski pasar saham AS kembali dibuka, tetapi sentimen dari Negeri Paman Sam masih cenderung minim karena data-data ekonomi cukup penting baru akan dirilis pada Kamis dan Jumat mendatang.

Namun, masih ada beberapa sentimen yang perlu dicermati oleh pelaku pasar, terutama pidato pejabat The Fed pada pekan ini.

Berikut sentimen pasar pada hari ini.

Pidato Pejabat The Fed

Pada pekan ini, beberapa pidato dari para pejabat The Fed masih akan berpidato mengenai kisi-kisi kebijakan suku bunga acuan ke depannya. Namun sejauh ini, sebagian besar masih bersikap hawkish.

Menurut Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari mengatakan bahwa dia ingin melihat data "berbulan-bulan lagi" yang menunjukkan penurunan inflasi sebelum menurunkan suku bunga.

Dia juga mengatakan tidak akan mengesampingkan kenaikan suku bunga lebih lanjut jika tekanan harga kembali meningkat.

Hal ini menambah daftar pejabat The Fed yang masih bersikap hawkish setelah risalah FOMC yang dirilis pada pekan lalu, di mana sebagian besar pejabat The Fed masih enggan untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Pada hari ini, giliran Presiden The Fed San Fransisco Mary Daly dan Gubernur The Fed Lisa Cook yang akan memberikan pernyataannya terkait kebijakan suku bunga The Fed kedepannya.

Sebelumnya, risalah pertemuan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 30 April -1 Mei yang dirilis pada pekan lalu, menunjukkan kekhawatiran dari para pengambil kebijakan tentang kapan saatnya untuk melakukan pelonggaran kebijakan.

Pertemuan tersebut menyusul serangkaian data yang menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan para pejabat the Fed sejak awal tahun ini. Sejauh ini, The Fed masih menargetkan inflasi melandai 2%.

"Para pejabat mengamati bahwa meskipun inflasi telah menurun selama setahun terakhir, namun dalam beberapa bulan terakhir masih kurang ada kemajuan menuju target 2%," demikian isi risalah the Fed.

Namun, perkiraan pasar akan pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada September cenderung meningkat sedikit. Melansir perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 48% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September.

ÌýSuku Bunga Bank Sentral Eropa Bakal Dipangkas Pada Pertemuan Berikutnya?

Ada sedikit kabar baik dari Eropa, di mana beberapa pejabat terkait bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) memberikan prediksi bahwa suku bunga berpotensi dipangkas jika inflasi terbaru yang akan dirilis pada Jumat nanti makin melandai dan makin mendekati target ECB di 2%.

Olli Rehn, anggota dewan pemerintahan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang juga menjabat sebagai kepala bank sentral Finlandia (Suomen Pankki), menekankan inflasi di kawasan euro turun secara "berkelanjutan."

Dia menambahkan bahwa pada Juni mendatang waktunya sudah tiba untuk melonggarkan kebijakan moneter dan mulai menurunkan suku bunga.

Inflasi di Uni Eropa pada April lalu stabil di angka 2,4%, menandai bulan ketujuh berturut-turut inflasi berada di bawah 3%, meskipun terjadi sedikit peningkatan pada Desember 2023. Sementara data terbaru inflasi Eropa pada Mei 2024 akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini.

Sementara itu, Kepala Ekonom ECB, Philip Lane mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Financial Times bahwa jika ada kejutan besar, pada saat ini kita melihat cukup banyak hal yang bisa menghilangkan pembatasan tingkat atas.

Ìý

Musim Dividen Masih Berlanjut, 7 Emiten Cum Date, 9 Ex Date Hari Ini

Musim pembagian dividen masih akan berlanjut pada hari ini, di mana tujuh emiten akan jatuh cum date dividen tunai di pasar reguler dan negosiasi pada hari ini.

Beberapa emiten yang akan jatuh cum date dan perlu dicermati oleh pelaku pasar yakni seperti saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRIS yang digelar 17 Mei lalu, para pemegang saham setuju pembagian dividen tunai untuk periode tahun buku 2023 sebesar Rp 855,56 miliar atau setara 15% dari laba bersih 2023. Dengan kata lain, setiap investor BRIS akan mendapatkan Rp 18,54 per lembar saham.

Besaran dividen saham yang dibagikan pada tahun ini lebih besar dibandingkan dividen tahun buku 2022 senilai Rp9,24 per lembar saham, mengindikasikan kinerja yang cukup solid pada tahun buku 2023.

Berikut saham-saham yang jatuh cum date dividen tunai pada hari ini.

Sebelumnya, berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), ada 21 emiten yang jatuh cum date dividen tunai pada pekan ini, yang juga menjadi pekan terakhir di Mei 2024. Untuk bisa meraih dividen, investor perlu membeli saham tersebut sebelum atau pada tanggal cum date.

Tak hanya itu, ada sembilan emiten yang juga jatuh ex date dividen tunai di pasar reguler dan negosiasi pada hari ini, sehingga diperkirakan volatilitas IHSG masih cukup tinggi pada hari ini.

Biasanya, investor akan melepas atau menjual saham yang tengah membagikan dividen ketika sudah memasuki periode ex date, sehingga pada periode ini, gejolak saham tersebut cenderung tinggi.

Alhasil jika banyak saham berkapitalisasi pasar besar atau big cap yang tengah memasuki ex date, maka gejolak di pasar saham RI cenderung tinggi. Hal inilah yang perlu diantisipasi oleh pelaku pasar.

Berikut saham-saham yang jatuh ex date dividen tunai pada hari ini.

Ìý

²©²ÊÍøÕ¾ Green Economic Forum 2024

²©²ÊÍøÕ¾ akan menggelar event ²©²ÊÍøÕ¾ Green Economic Forum 2024 dengan tema "Green Economy to Support National Growth Amid Global Uncertainty" pada Rabu hari ini.

Acara ini memiliki 4 sesi panel diskusi dengan tema berbeda. Panel pertama, topik pembahasan yakni terkait bagaimana sumber energi bersih bisa mendorong pertumbuhan ekonomi "Green Energy Driving Economic Growth".

Panel kedua, memiliki tema diskusi terkait pembiayaan hijau sebagai solusi untuk pembangunan berkelanjutan "Green Finance, a Solution for Sustainable Development", termasuk membahas terkait komitmen negara maju untuk pembiayaan energi bersih di Indonesia melalui inisiatif Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan atau Just Energy Transition Partnership (JETP) dan bursa karbon.

Panel ketiga, akan membahas seputar bagaimana industri pertambangan dan minyak dan gas bumi (migas) berupaya menekan emisi karbon "Decarbonization in Mining, Oil and Gas Industry."

Dan panel keempat, diskusi terkait bagaimana dunia industri, baik industri consumer goods hingga kendaraan listrik mulai memerhatikan dan memanfaatkan sumber energi bersih untuk keberlanjutan ekonomi atau "Green Industry for Sustainable Economy".

Acara ini akan ditutup dengan pemberian apresiasi Green Ratings kepada para pelaku usaha.Ìý

Adapun acara ini didukung oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT PLNÌý(Persero), PT Bank DBSÌýIndonesia, PT Pertamina (Persero), PT TrimegahÌýBangun Persada TbkÌý(HaritaÌýNickel), MMS Group Indonesia dan PT Rukun Raharja Tbk.

Green Economic Forum²©²ÊÍøÕ¾ Green Economic Forum

Isu Tapera

Rencana pemberlakuan kewajiban pungutan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) menjadi isu panas saat ini. Gaji dam upah, atau penghasilan para pekerja di Indonesia akan kena potongan tambahan untuk simpanan Tapera. Dengan demikian, akan ada empat potongan gaji karyawan, selain sebelumnya yang sudah berlaku yakni pajak penghasilan (PPh), BPJSKeseatan, dan BPJSKetenagakerjaan.

Hal itu seiring dengan Presiden Joko Widodoyang telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 tentang perubahan atas PP Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) pada 20 Mei 2024. PP 21/2024 itu menyempurnakan ketentuan dalam PP 25/2020, seperti untuk perhitungan besaran simpanan Tapera pekerja mandiri atau freelancer.

Secara keseluruhan, dalam Pasal 5 PP Tapera ini ditegaskan setiap pekerja dengan usia paling rendah 20 tahun atau sudah kawin yang memiliki penghasilan paling sedikit sebesar upah minimum, wajib menjadi peserta Tapera. Bahkan, Pasal 7 nya merinci jenis pekerja yang wajib menjadi peserta Tapera, tidak hanya PNS atau ASN dan TNI-Polri, serta BUMN, melainkan termasuk pekerja swasta dan pekerja lainnya yang menerima gaji atau upah.

"Setiap Pekerja dan Pekerja Mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berpenghasilan paling sedikit sebesar Upah minimum wajib menjadi Peserta," dikutip dari Pasal 5 ayat 3 PP Tapera, Senin (27/5/2024).

Rencana pemungutan Tapera ini mendapat penolakan keras dari masyarakat hingga pengusaha.

Pungutan dikhawatirkan akan membuat semakin banyak masyarakat yang tertekan karena penghasilannya berkurang karena banyaknya iuran yang harus dibayar pekerja. Kondisi ini bisa menekan konsumsi masyarakat dan penjualan perusahaan.

Tidak hanya keuntungan perusahaan yang berkurang tetapi juga ekonomi akan ikut melambat. Emiten-emiten yang terkait dengan consumer goods dan sektor keuangan bisa terdampak karena jika pungutan terus meningkat maka permintaan barang dan kredit bisa melemah.
Dana Pihak Ketiga (DPK) juga akan berkurang karena semakin sedikit masyarakat yang bisa menabung.

Namun, di sisi lain, beberapa emiten mungkin akan diuntungkan karena ada pengalihan investasi dari BP Tapera ke saham-saham tertentu, Sebelumnya, BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan juga memiliki investasi di saham yang terdaftar di bursa saham Indonesia (IDX). EmiteÌýproperti dan semen juga bisa diuntungkan karena banyaknya pembangunan rumah.

Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024 mencapai 5,11%. Konsumsi rumah tangga berkontribusi paling besar, yaitu 54%. Akan tetapi, tingkat pertumbuhannya hanya 4,91%. Angka tersebut lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan konsumsi masyarakat sebelum pandemi yakni 5%.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular