²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Warga RI Protes Keras: Akankah IHSG Bakal Kesengat Isu Tapera Juga?

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
Rabu, 29/05/2024 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Tanah Air terpantau bervariasi pada perdagangan Selasa kemarin, di tengah minimnya sentimen pasar dari global dan dalam negeri kemarin.
  • Wall Street secara mayoritas ditutup bergairah, di mana Nasdaq berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa barunya dan pertama kali menyentuh level psikologis 17.000
  • Pada hari ini, fokus investor di dalam negeri cenderung masih terkait dengan pembagian dividen tunai, yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Tanah ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (28/5/2024) kemarin, di tengah minimnya sentimen pasar dari global dan dalam negeri kemarin.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin berhasil ditutup melesat 1,08% ke posisi 7.253,63. Meski berhasil melesat hingga 1% lebih, tetapi IHSG cenderung bertahan di level psikologis 7.200. Sejatinya IHSG hanya kembali ke level psikologis tersebut, setelah pada Senin lalu berada di level psikologis 7.100.

Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan20miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak287saham menguat,240saham melemah, dan 253 saham cenderung stagnan.

Aksi jual (net sell) investor asing pada perdagangan kemarin kembali terpangkas yakni mencapai Rp 569,12 miliar di pasar reguler.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penopang terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 3,64%.

Sedangkan di bursa Asia-Pasifik kemarin, secara mayoritas melemah. Kecuali Straits Times Singapura, Taiwan Weighted Index (TAIEX), VNI Vietnam, dan termasuk IHSG yang berhasil ditutup di zona hijau.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 16.085/US$ di pasar spot, melemah 0,16%.

Rupiah tidak sendirian, ada beberapa mata uang Asia yang juga melemah di hadapan dolar AS kemarin, yakni yuan China, dolar Hong Kong, rupee India, baht Thailand, dan dolar Taiwan.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Selasa kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali mengalami kenaikan.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 1 basis poin (bp) menjadi 6,896%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.

IHSG berhasil rebound, ditopang oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang kembali unjuk gigi, setelah pada kemarin merana, di mana beberapa merupakan saham bank raksasa.

Namun sayangnya, rupiah kembali merana kemarin. Buruknya performa rupiah belakangan ini terjadi di tengah sikap hawkish bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Dalam risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) minutes bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dirilis pada pekan lalu, menunjukkan kekhawatiran dari para pengambil kebijakan tentang kapan saatnya untuk melakukan pelonggaran kebijakan.

Pertemuan tersebut menyusul serangkaian data yang menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan para pejabat The Fed sejak awal tahun ini. Sejauh ini, The Fed masih menargetkan inflasi melandai 2%.

Hal ini tercermin dari survei CME FedWatch Tool yang menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga kembali mengecil dari dua kali yang diperkirakan pada September dan Desember 2024, menjadi hanya terjadi pada November 2024 sebesar 25 basis poin (bps).

Situasi ini akan berimplikasi pada kuatnya dolar AS pada beberapa waktu ke depan yang berujung pada tekanan terhadap rupiah.


(chd/chd)
Pages