
Kabar dari China & AS Bikin Deg-Degan, IHSG Rawan Longsor!

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street pada pekan lalu, Jumat (6/9/2024) ditutup di zona merah setelah data tenaga kerja AS kembali mengecewakan dan terjadi selling off pada saham teknologi big caps.
S&P 500 terpantau anjlok 1,73% menjadi 5.408,42, sementara Nasdaq Composite ambles 2,55% ke 16.690,83. Sementara Dow Jones Industrial Average (DJI) jatuh 410,34 poin (1,01%) dan berakhir di 40.345,41.
Bursa Wall Street dalam basis waktu mingguan mencatatkan rekor sebagai pekan mengecewakan. S&P 500 mencatatkan penurunan 4,3%, pekan terburuk sejak Maret 2023. Nasdaq jatuh 5,8%, mencatatkan pekan terburuk sejak 2022, sementara Dow Jones ambles 2,9%.
Kepala Strategi Investasi di John Hancock Investment Management, Emily Roland menjelaskan alasan Wall Street jeblok pekan lalu lantaran kekhawatiran kebijakan the Fed akan lebih agresif setelah keluar data pasar tenaga kerja yang lebih rendah dari ekspektasi.
"Pasar berfluktuasi antara apakah berita buruk benar-benar buruk, atau justru bisa jadi baik, dengan harapan bahwa The Fed akan bertindak lebih agresif daripada yang diperkirakan pasar," ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, pada akhir pekan lalu laporan ketenagakerjaan AS terkait penambahan pekerjaan di luar pertanian hanya sebanyak 142.000, lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku pasar sebanyak 160.000 pekerjaan.
Meski begitu, tingkat pengangguran pada Agustus 2024 turun sesuai ekspektasi ke 4,2% dari bulan sebelumnya di posisi 4,3%.
Di sisi lain, saham teknologi raksasa juga mengalami gejolak signifikan yang membuat bursa saham AS terkoreksi.
Saham Amazon anjlok 3,7%, Alphabet jatuh 4%. Saham Meta Platforms juga menyusut lebih dari 3%. Broadcom anjlok 10% setelah memberikan panduan kuartal yang mengecewakan.
Saham semikonduktor lainnya turut jatuh, Nvidia dan Advanced Micro Devices (AMD) masing-masing anjlok 4%. ETF VanEck Semiconductor (SMH) merosot 4% dan mencatatkan pekan terburuknya sejak Maret 2020.
Halaman 3 >>
(tsn/tsn)