²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Sentimen Beda Arah: Isu Kabinet Prabowo Panas, Ekonomi AS Mulai Dingin

Revo M, ²©²ÊÍøÕ¾
Jumat, 11/10/2024 05:59 WIB
Foto: Bendera Amerika Serikat (REUTERS/Ammar Awad)
  • Pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada perdagangan kemarin, IHSG turun dan rupiah ambruk
  • Wall Street ambruk berjamaah, indeks Dow Jones, Nasdaq dan S&P melemah
  • Data inflasi AS dan perkembangan politik dalam negeri serta perang di Timur Tengah akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Indonesia ditutup menyedihkan pada Kamis (10/10/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi, dan Surat Berharga Negara (SBN) dijual investor.

Pasar keuangan domestik diproyeksikan masih akan dipengaruhi oleh sentimen eksternal pada Jumat (11/10/2024) setelah rilis data ekonomi khususnya dari Amerika Serikat (AS). Selengkapnya mengenai proyeksi bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pada penutupan perdagangan kemarin (10/10/2024), IHSG melemah 0,28% ke posisi 7.480,08. IHSG kembali berada di bawah level psikologis 7.500.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp9,08 triliun dengan melibatkan 18,54 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,07 juta kali. Sebanyak 257 saham terapresiasi, 279 saham terdepresiasi, dan 251 saham stagnan.

Sementara dari sisi investor asing, tampak net sell dalam jumlah yang cukup besar yakni Rp977 miliar di seluruh pasar.

Delapan dari 11 indeks sektoral berada di zona merah. Basic materials merupakan sektor yang terkoreksi paling dalam yakni 0,78%. Sementara sektor consumer cyclicals, transportation & logistics, dan consumer non-cyclicals masing-masing menguat 1,85%, 1,43%, dan 0,22%.

Beralih ke pasar mata uang, rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan kemarin sebesar 0,29% dalam sehari ke posisi Rp15.660/US$.

Pelemahan rupiah terjadi setelah rilis risalah hasil dari Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes kemarin dini hari.

Risalah FOMC mengungkapkan bahwa pejabat The Fed sepakat untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0% pada pertemuan September lalu. Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara anggota komite mengenai langkah yang harus diambil.

"Beberapa peserta mengamati bahwa mereka lebih memilih pengurangan sebesar 25 bps pada pertemuan ini, dan beberapa lainnya menyatakan bahwa mereka dapat mendukung keputusan tersebut," tulis risalah tersebut.

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik tipis dari 6,677% menjadi 6,679%.

Kenaikan imbal hasil SBN ini mematahkan tren penurunannya yang telah terjadi selama dua hari beruntun.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menunjukkan minat investor sedikit keluar dari SBN.


(rev/rev)
Pages