
Tingkat Kriminalitas Bitcoin Turun Drastis, Pertanda Apa Ini?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Penerimaan bitcoin dan mata uang kripto yang semakin meluas membuat harganya melesat gila-gilaan sejak tahun lalu. Seiring dengan menanjaknya popularitas mata uang kripto, tingkat kriminalitas yang terjadi juga semakin menurun. Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus.
Laporan dari perusahaan intelijen kripto, CipherTrace, menunjukkan kerugian dari pencurian, peretasan dan penipuan di dunia cryptocurrencies di tahun 2020 turun hingga 57% di tahun 2020. Di tahun 2019, tingkat kerugian akibat kriminalitas di pasar kripto mencapai US$ 4,5 miliar, sementara di tahun 2020 sebesar US$ 1,9 miliar.
Penipuan masih menjadi tindakan kriminal terbesar di pasar kripto, disusul dengan pencurian. Masuknya investor institusional menjadi salah satu alasan semakin kuatnya pengamanan di pasar kripto.
"Pencurian dari peretasan di bursa kripto terus mengalami penurunan setelah investor institusional masuk dan mengadopsi langkah-langkah pengamanan yang lebih kuat," kata Dave Jevans, CEO ChiperTrace, dalam sebuah wawancara dengan Reuters akhir Januari lalu.
Di saat yang sama, masuknya investor khususnya ke bitcoin membuat harganya terus melesat, yang pada akhirnya mengerek mata yang kripto lainnya.
Harga bitcoin mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 58.445,23/BTC pada 22 Februari lalu. Setelah mencapai rekor tersebut harga bitcoin sempat jeblok, dan belakangan ini mulai stabil meski masih belum mampu kembali bertahan lama di atas US$ 50.000/BTC.
Setelah perusahaan-perusahaan barat banyak mengadopsi bitcoin, kini perusahaan asal China juga melakukan hal yang sama. Meitu, perusahaan pembuat aplikasi editor foto, mengumumkan membeli bitcoin dan ether.
Meski Meitu mengikuti perusahaan raksasa seperti Tesla hingga Visa, tetapi ia menjadi perusahaan besar pertama yang membeli mata uang kripto ether, bahkan nilainya lebih besar ketimbang bitcoin.
Melansir ²©²ÊÍøÕ¾ International, Meitu mengatakan, mata uang kripto memberikan "diversifikasi dalam menyimpan uang tunai", dan berencana akan merilis aplikasi berbasis blockchain.
Perusahaan yang listing di bursa saham Hong Kong ini pada hari Minggu kemarin melaporkan pada 5 Maret lalu membeli bitcoin senilai US$ 17,9 juta, dan ether senilai US$ 22,1 juta.
Dalam rilisnya, Meitu mengatakan teknologi blockchain berpotensi menimbulkan disrupsi baik di industri finansial dan teknologi saat ini, sama dengan mobile internet yang menimbulkan disrupsi di personal computer (PC) serta industri offline lainnya.
"Dewan direksi percaya mata uang kripto punya ruang besar untuk meningkatkan nilainya, dan dengan mengalokasikannya ke kas dapat menjadi diversifikasi dalam memiliki uang tunai (yang nilainya terdepresiasi akibat kebijakan moneter ultra longgar bank sentral di dunia) dalam manajemen kas," tulis Meitu.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal Bitcoin