
Menkes Ungkap Penyebab Warga RI Masih Berobat di Luar Negeri

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melantik sejumlah pejabat pimpinan tinggi pratama (eselon II) di lingkungan Kementerian Kesehatan, Senin (11/10/2021).
Dalam kesempatan itu, turut dilantik antara lain Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr. Agus Dwi Susanto sebagai Direktur Utama RSUP Persahabatan dan Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Dr. drg. Maya Marinda Montain, M.Kes sebagai Direktur Perencanaan Organisasi dan Umum RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Dalam sambutannya, BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, menekankan keberadaan RS vertikal atau RS milik pemerintah sebagai komponen utama dalam reformasi sektor kesehatan.
"Dan saya tinggi harapannya ke RS-RS milik pemerintah ini. Saya tidak akan bosan-bosan mengulangi harapan saya, cita-cita saya, untuk RS-RS vertikal ini bahwa yang pertama mereka benar-benar harus menjadi rujukan di Asia Tenggara," ujarnya.
"Dalam arti apa, dalam arti harapannya nanti ya kalau terjadi, nggak ada orang Indonesia yang kalau merawat mencari kualitas yang baik itu keluar negeri. Orang Indonesia akan mencari perawatannya di RS vertikal di Indonesia," lanjutnya.
BGS mengaku mendapat banyak laporan perihal layanan medis dan nonmedis RS vertikal di tanah air. Misalnya dari sisi dokter yang jarang ada di tempat sehingga pasien lebih senang ke Malaysia atau Thailand lantaran dokter yang lebih attentive alias penuh perhatian terhadap mereka.
"Saya juga dengar bahwa antreannya itu panjang sekali sehingga orang-orang kita lebih senang juga pergi keluar [negeri]. Saya juga dengar sebagian karena kualitas perawatannya nggak bagus sehingga orang-orang kita banyak yang pergi keluar," kata BGS.
"Saya juga dengar kualitas layanan nonmedisnya yang tidak bagus ya sehingga orang-orang bergumam di belakang bahwa RS vertikal kita adalah RS kelas tiga. Sedangkan kelas 2 dan kelas 1 di swasta. Dokternya berasal dari RS-RS vertikal tapi layanan nonmedisnya karena demikian buruknya sehingga orang-orang tidak mau masuk ke RS vertikal kita," lanjutnya.
Oleh karena itu, eks Wakil Menteri BUMN itu menyebut indikator pelayanan medis dan nonmedis RS vertikal itu sederhana. Buktinya adalah keinginan orang-orang terkemuka di tanah air ingin dirawat di sana.
"Memang target saya yang pertama itu sudah bisa dicapai oleh RS-RS pemerintah kita. Selama masih banyak orang-orang itu baik pejabat negara maupun swasta besar yang pergi keluar negeri dan tidak dirawat di RS vertikal kita itu menunjukkan kualitas layanan medis dan nonmedis di RS vertikal kita belum sesuai dengan harapan saya," ujar BGS.
"Malah idealnya kalau bisa banyak pengusaha besar ASEAN, pejabat negara ASEAN yang datang ke kita, karena mereka tahu untuk mendapatkan layanan medis maupun layanan nonmedis yang terbaik yang ada di region ini adanya adalah di RS-RS vertikal di Indonesia. Ukurannya sesederhana itu," lanjutnya.
(miq/roy) Next Article Menkes Bicara Health Tech, Dari Big Data Hingga Terapi Gen
