
Internasional
Cegah Krisis, Bank Sentral Malaysia Mau Opsi Capital Control
Bernhart Farras, ²©²ÊÍøÕ¾
17 October 2018 14:45

Kuala Lumpur, ²©²ÊÍøÕ¾ - Negara-negara Asia membutuhkan pilihan untuk menggunakan kebijakan capital control, di tengah peningkatan gejolak pasar demi mencegah timbulnya krisis keuangan, menurut Gubernur Bank Negara Malaysia Nor Shamsiah Mohd Yunus.
"Negara-negara di kawasan ini harus diizinkan untuk menggunakan kebijakan aturan aliran modal sebagai alat kebijakan yang sah yang dapat digunakan secara pre-emptive untuk menangani potensi risiko terhadap stabilitas pasar keuangan," kata Nor Shamsiah dalam wawancaranya dengan Financial Times, dikutip dari The Star hari Rabu (17/10/2018).
"Saya pikir masih banyak stigma dalam penggunaan [manajemen] aliran modal," katanya dalam wawancara di sela-sela pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali.
Dalam sebuah seminar, Nor Shamsiah mengatakan Malaysia telah menggunakan beberapa kebijakan aliran modal pada tahun 2016. Ketika itu, bank sentral menekan perdagangan ringgit di pasar non-deliverable forwards (NDF) luar negeri untuk membendung pelemahan mata uang di tengah-tengah pasar negara berkembang yang berjatuhan setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, kepala ekonom AmBank Research Anthony Dass mengatakan opsi untuk menggunakan capital control, saat ini bisa sangat prematur.
"Namun, jika volatilitas global tetap kuat yang mengakibatkan arus modal keluar yang besar dari kawasan ini ditambah dengan tekanan domestik terutama dengan risiko meningkatnya defisit fiskal per aPDB dan tntangan untuk menurunkan utang pemerintah per PDB akan mengakibatkan melemahnya tekanan pada ringgit.
"Jika depresiasi menjadi drastis, ini akan semakin menambah tekanan pada negara untuk membiayai utang berdenominasi dolar AS, juga untuk negara EM lainnya dengan utang berdenominasi dolar yang tinggi. Tekanan seperti itu berpotensi untuk memberikan pembenaran pada capital control agar masuk ke dalam pembahasan, "katanya.
(prm) Next Article Gubernur Bank Sentral Malaysia Resmi Mengundurkan Diri
"Negara-negara di kawasan ini harus diizinkan untuk menggunakan kebijakan aturan aliran modal sebagai alat kebijakan yang sah yang dapat digunakan secara pre-emptive untuk menangani potensi risiko terhadap stabilitas pasar keuangan," kata Nor Shamsiah dalam wawancaranya dengan Financial Times, dikutip dari The Star hari Rabu (17/10/2018).
"Saya pikir masih banyak stigma dalam penggunaan [manajemen] aliran modal," katanya dalam wawancara di sela-sela pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali.
Sementara itu, kepala ekonom AmBank Research Anthony Dass mengatakan opsi untuk menggunakan capital control, saat ini bisa sangat prematur.
"Namun, jika volatilitas global tetap kuat yang mengakibatkan arus modal keluar yang besar dari kawasan ini ditambah dengan tekanan domestik terutama dengan risiko meningkatnya defisit fiskal per aPDB dan tntangan untuk menurunkan utang pemerintah per PDB akan mengakibatkan melemahnya tekanan pada ringgit.
"Jika depresiasi menjadi drastis, ini akan semakin menambah tekanan pada negara untuk membiayai utang berdenominasi dolar AS, juga untuk negara EM lainnya dengan utang berdenominasi dolar yang tinggi. Tekanan seperti itu berpotensi untuk memberikan pembenaran pada capital control agar masuk ke dalam pembahasan, "katanya.
(prm) Next Article Gubernur Bank Sentral Malaysia Resmi Mengundurkan Diri
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular