²©²ÊÍøÕ¾

Review

Heboh Bank Mini, Ini Daftar Keluarga Tajir yang Jual Banknya!

Feri Sandria, ²©²ÊÍøÕ¾
09 November 2021 06:11
Komisaris dan Direksi PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI), dok Bank Bisnis
Foto: Komisaris dan Direksi PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI), dok Bank Bisnis

Keluarga Sundjono Suriadi diÌýBank Bisnis

Keluarga Sundjono Suriadi yang semula mengendalikan PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) melaporkan penjualan sahamnya sebanyak 16% pada 15 Oktober 2021 lalu. Nilai penjualan ini mencapai Rp 439,69 miliar, belum termasuk penjualan di tahap awal.

Pembelinya yakni anak perusahaan fintech Singapura di Indonesia, PT FinAccel Teknologi Indonesia atau perusahaan pembiayaan dengan brand Kredivo.

Prospektus IPO Bank Bisnis 7 September 2020, harga perdana Rp 480/sahamFoto: Prospektus IPO Bank Bisnis 7 September 2020, harga perdana Rp 480/saham
Prospektus IPO Bank Bisnis 7 September 2020, harga perdana Rp 480/saham

Berdasarkan laporan keuangan yang terbit di BEI, pada akhir tahun 2020 keluarga Sundjono Suriadi menguasai 82% saham di Bank Bisnis setelah sukses melakukan IPO pada 7 September 2020.

Keluarga Sundjono Suriadi menguasai BBSI melalui kepemilikan langsung atas nama Sundjono Suriadi (32%) sebagai pengendali dan saham yang dipegang Purnawan Suriadi melalui kepemilikan di dua perusahaan yaitu PT Sun Land Investama (35%) dan PT Sun Antarnusa (15%) yang merupakan pemegang saham BBSI. Sedangkan 18% sisanya adalah milik masyarakat.

Setelah manuver Kredivo tersebut, komposisi kepemilikan saham Bank Bisnis berubah total dengan Kredivo (40%) menjadi pengendali, total kepemilikan keluarga Sundjono Suriadi berkurang menjadi 43,70% dan masyarakat sebesar 16,30%

Jika ditambah dengan penjualan yang dilakukan sebelumnya, total pendapatan dari penjualan saham BBSI yang harga sudah naik 708% sejak pertama melantai di bursa tentu jauh lebih besar dari Rp 500 miliar yang diperoleh pada transaksi harian terbesar pelepasan saham kepada Kredivo.

Keluarga Hakim di Bank Harda

Didirikan pada tahun 1992 dengan nama Bank Harda Griya, perusahaan ini berganti nama menjadi Bank Harda Internasional pada tahun 1996. Setahun setelahnya bank ini memiliki 7 kantor cabang pembantu di wilayah Jakarta.

Setelah lolos dari krisis ekonomi 1998 dan tidak dilikuidasi, bank ini baru mulai merambah luar Jakarta tahun 2002. Sejak itu kantor perwakilan dibangun di beberapa kota termasuk Surabaya, Bandung, Solo hingga Pontianak.

Bank yang berfokus kepada pengembangan pembiayaan UMKM ini baru ramai diperbincangkan setelah kabar akuisisi oleh pengusaha Chairul Tanjung melalui kendaraan perbankan miliknya PT Mega Corpora.

Prospektus IPO Bank HardaFoto: Prospektus IPO Bank Harda
Prospektus IPO Bank Harda

Sebelum resmi diakuisisi, PT Bank Harda Internasional (BBHI) dikendalikan oleh PT Hakimputra Perkasa yang menguasai 73,71% saham perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2020, Rachman Hakim memiliki 50% saham di PT Hakimputra Perkasa.

Pada 16 Oktober 2020, PT Hakimputra Perkasa selaku pemegang saham mayoritas Bank Harda telah meneken pengikatan jual beli saham sebanyak 3,08 miliar saham atau 73,71 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh.

Transaksi akuisisi tersebut nilainya mencapai Rp 460,7 miliar dengan harga rata-rata Rp 149,5/saham.

Keluarga Gozali dan Asabri di Bank Yudha Bhakti

Layanan keuangan yang mulanya dimiliki oleh dimiliki oleh Koperasi Induk/Pusat Militer dan Polisi menjadi perusahaan pertama yang melantai di bursa pada tahun 2015. Dalam penawaran perdana tersebut perusahaan berhasil memperoleh Rp 34,5 miliar dengan melepas 11,93 miliar saham.

Setelah IPO, PT Gozco Capital menjadi pengendali dan pemegang saham mayoritas BBYB sebesar 53,82%. Tidak lama setelahnya Asabri juga menjadi pemegang saham utama yang secara gencar menambah kepemilikan modal di perusahaan tersebut.

Akan tetapi kepemilikan mereka mulai tergerus setelah fintech Akulaku yang didanai Alibaba masuk ke BBYB dan kini telah resmi menjadi pemegang saham pengendali dengan nama yang juga berubah menjadi Bank Neo Commerce.

Awal mulanya Akulaku mengakuisisi 8,9% saham BBYB dari Gozco Capital dengan nilai transaksi Rp 158 miliar.

Tidak diketahui secara pasti siapa pemilik akhir Gozco Capital, akan tetapi dalam situs resminya perusahaan disebutkan memiliki tiga lini bisnis utama yakni properti, perkebunan dan jasa keuangan melalui BBYB. Laman resmi perusahaan juga menyebutkan Tjandra Mindharta Gozali bertindak sebagai presiden direktur.ÌýGrup ini juga memegang saham perusahaan sawit PT Gozco Plantations tbk (GZCO).

Situs resmi Bank Neo, Komisaris BBYB Tjandra Mindharta GozaliFoto: Situs resmi Bank Neo, Komisaris BBYB Tjandra Mindharta Gozali
Situs resmi Bank Neo, Komisaris BBYB Tjandra Mindharta Gozali

Ìý

Meski tidak seagresif Asabri, Gozco Capital juga tercatat dari waktu ke waktu menjual kepemilkan sahamnya di Asabri. Kedua perusahaan tersebut sepertinya memanfaatkan momentum kenaikan harga yang dialami BBYB.

Hingga akhir September kepemilikan PT Gozco Capital di BBYB tersisa 16,53%, tidak diketahui secara pasti berapa total dana yang diperoleh dari melego saham yang dimiliki, akan tetapi yang pasti nilainya cukup besar dan signifikan.

Sebagai perbandingan, ini merupakan transaksi-transaksi paling akhir yang dilakukan Asabri yang kepemilikannya sahamnya di BBYB nyaris tidak ada lagi.

Berdasarkan laporan di Bursa Efek Indonesia (BEI), selama bulan Juli lalu Asabri diketahui telah melepas sebanyak 257 juta saham BBYB dalam beberapa kali transaksi, dengan kepemilikan saham berkurang dari 1,01 miliar saham (13,52%) menjadi 756,12 juta saham (10,09%).

Selanjutnya hingga tanggal 12 Agustus, Asabri kembali menjual 435,24 juta saham BBYB. Transaksi tersebut menjadikan kepemilikan saham Asabri di BBYB menyusut menjadi 320,88 juta saham (4,28%).

Secara keseluruhan Asabri berhasil memperoleh dana sebesar Rp 585,45 miliar dari transaksi penjualan saham BBYB selama dua pekan awal bulan Agustus.

NEXT:ÌýDanadipa dan Keluarga William Arto

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular