
Heboh Bank Mini, Ini Daftar Keluarga Tajir yang Jual Banknya!

Danadipa di Bank BKE
Awal tahun ini beredar isi bahwa e-commerce asal Singapura milik Sea Ltd dikabarkan sedang mencari bank mini untuk diubah menjadi bank digital yang dapat membantu layanan finansial grup dalam ekosistem Shopee.
Beberapa nama emiten bank mini pun dikabarkan masuk dalam radar peusahaan yang didirikan Forrest Li ini. Beberapa bank yang santer diisukan akan diakuisisi termasuk PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) dan PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), yang mana direksi dari kedua bank tersebut menyampaikan tidak mengetahui mengenai kabar itu.
Nyatanya, Shopee pada bulan Februari tahun ini akhirnya memilih PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank BKE) untuk disulap menjadi bank digital dan secara resmi mengganti nama perusahaan menjadi PT Bank Seabank Indonesia (SeaBank).
Kabar pasar yang beredar saat itu menyebutkan, Sea Group mengambilalih saham Bank BKE pada awal tahun lalu dari perusahaan milik pengusaha nasional, Setiawan Ichlas yakni Danadipa. Situs Bank BKE mencatat, pemegang saham Bank BKE yakni PT Danadipa Artha Indonesia 94,95% dan PT Koin Investama Nusantara 5,05%.
Menurut situsnya, Bank BKE didirikan pada tahun 1992 dengan pemegang saham hampir 95% oleh Danadipa. Informasi publik mengenai pemegang saham terakhir (beneficial ownership) memang masih minim, tapi Danadipa Artha Indonesia memiliki satu direktur bernama Intan Apriadi yang juga menjabat sebagai komisaris di PT Lentera Dana Nusantara, menurut profil LinkedIn Apriadi.
Lentera Dana Nusantara adalah perusahaan fintech yang mengoperasikan ShopeePay Later. Jadi, Sea besar kemungkinan ada ketersambungan dengan Bank BKE melalui Danadipa Artha Indonesia.
Keluarga William Arto Hardy di Bank Arto
Meski modal inti PT Bank Jago Tbk (ARTO) sudah Rp 7,88 triliun pada Juni 2021, bank yang dulu dikendalikan oleh keluarga pengusaha William Arto Hardy ini masih sering diberi label bank mini.
Bank yang sahamnya dikendalikan oleh duet Patrick Walujo dan Jerry Ng ini sudah memiliki kapitalisasi pasar lebih dari Rp 200 triliun berkat kinerja saham perusahaan yang gemilang.
Setelah berganti nama menjadi Bank Jago dari Bank Artos Indonesia ini, tentu bisnis yang dilaksanakan perusahaan berbeda, paling mencolok tentu kolaborasi yang dimiliki dengan ekosistem Grup GoTo, di mana GoPay yang merupakan anak usaha Gojek, juga merupakan pemegang saham ARTO.
Melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) yang dikendalikan oleh Jerry Ng dan Wealth Track Teknologi Limited (WTT) milik Patrick Waluyo dari Grup Northstar, mereka berdua membeli perusahaan tersebut dari keluarga Arto Hardy ini. Pembelian tersebut dilakukan pada akhir tahun 2019.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga tahun 2019, keluarga Arto diketahui menguasai 80% kepemilikan bank tersebut yang terdiri dari Arto Hardy (39,5%), Sinatra Arto Hardy (13,5%), William Arto Hardy (13,5%) dan Lina Arto Hardy (13,5%).
Sebagai informasi, William Arto Hardy adalah Warga Negara Indonesia, lahir di Bandung pada 23 Januari 1970. Pendidikan terakhir Bachelor of Commerce dari University of Western Sydney tahun 1990-1994 dan meraih gelar Bachelor of Commerce tahun 1994.
Prospektus IPO Bank Arto menyebutkan dia mengawali karier sebagai Direktur di PT Polyfilatex sebagai pemegang lisensi produk FILA Italia di bidang retail untuk Indonesia.
![]() Prospektus IPO Bank Artos |
Sehari setelah libur Natal, keluarga Arto kompak menjual saham yang dimiliki. Sinatra, William dan Lina masing-masing menjual 12% kepemilikan saham mereka, sementara Arto Hardy menjual 15% kepemilikan sahamnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari keterbukaan informasi, total saham yang dilego tanggal 26 Desember 2019 adalah sejumlah 615,18 juta saham yang mewakili 51% kepemilikan.
Kepemilikan tersebut terbagi menjadi MEI sebesar 37,65% dan WTT 13,35%.
Saham tersebut dilego di harga Rp 395 per saham, sehingga total dana segar yang diperoleh keluarga Arto dalam transaksi tersebut mencapai Rp 242,99 miliar.
![]() Prospektus IPO Bank Artos |
Selanjutnya Arto Hardy kembali menjual 24,5% sisa kepemilikan sahamnya pada tanggal 2 Januari 2020, akan tetapi yang menarik divestasi tersebut tercatat atas nama publik, dengan kata lain tidak terdapat pembeli yang memperoleh lebih dari 5% saham yang dijual.
Sebanyak 295,53 juta saham tersebut dijual di harga Rp 448 per saham, yang berarti total hasil penjualan mencapai 132,29 miliar.
Jika ditambah dengan penjualan awal, total dana yang diraup setelah melego bank Arto adalah sejumlah Rp 375,38 miliar.
Kini selain Grup Northstar, Jerry Ng dan kawan-kawannya, investor lain di Bank Jago di antaranya Government of Singapore Investment Corporation Private Limited atau GIC, lembaga dana investasi milik pemerintah Singapura.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
