Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga batu bara bergerak turun pada perdagangan minggu lalu. Dengan demikian, harga si batu hitam genap anjlok selama empat pekan beruntun.
Sepanjang pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) berkurang 4,13% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, harga komoditas ini ditutup di US$ 147,25/ton, terendah sejak 2 November.
Koreksi pekan ini membuat harga batu bara resmi anjlok selama empat minggu beruntun. Dalam empat minggu tersebut, harga ambrol 38,98%. Wow...
Apa boleh buat, sebelumnya harga batu bara sudah naik begitu tajam. Bahkan secara year-to-date harga batu bara masih membukukan kenaikan 80,12% secara point-to-point. Dalam setahun terakhir, harga batu bara naik lebih dari tiga kali lipat.
Makin tinggi pohon, makin tinggi angin yang menerpanya. Begitu juga harga aset. Makin tinggi harganya, makin tinggi pula risiko terjadi profit taking karena pasti akan datang saatnya investor ingin mencairkan keuntungan yang sudah didapat.
Halaman Selanjutnya -->Â Pemerintahan Xi Jinping Sukses Tekan Harga Batu Bara
Selan itu, ada faktor lain yang membuat harga batu bara jatuh. Pertama, pemerintah China di bawah komando Presiden Xi Jinping berkomitmen untuk menurunkan harga batu bara.
Saat harga batu bara kelewat mahal, biaya produksi listrik membengkak karena batu bara adalah sumber energi primer dari sekitar 60% pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu. Akibatnya, stok batu bara menipis sehingga sejumlah wilayah dan industri padat energi terpaksa mengalami pemadaman listrik bergilir. Byar pet.
Upaya China menekan harga batu bara dilakukan dengan membanjiri pasar dengan pasokan. Selepas gangguan di sejumlah wilayah utama penghasil batu bara (banjir dan karantina wilayah/lockdown karena peningkatan kasus Covid-19), produksi berhasil digenjot lagi.
Rata-rata produksi batu bara Negeri Tirai Bambu pada 1-5 November 2021 adalah 11,66 juta ton/hari. Naik 1,2 juta ton dibandingkan posisi akhir September 2021. Bahkan produksi dalam satu hari sempat berada di 11,93 juta ton.
Ini membuat stok batu bara China semakin 'gemuk'. Akhir pekan lalu, stok di pembangkit listrik berasa di 117 juta ton sementara di pelabuhan ada 5,39 juta ton.
"Dengan kapasitas produksi yang siap ditingkatkan, harga batu bara diperkirakan akan turun dengan stabil," tegas pernyataan tertulis Komite Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC).
Berbagai pihak pun mengakui kehebatan China dalam mengontrol harga batu bara. Fabian Ronningen, Analis Rystad Energy, menyatakan sepertinya tidak ada negara yang mampu melakukan hal semacam itu.
"Tiada negara lain yang bisa meraih hasil samacam itu, coba lihat seberapa besar skala dan seberapa sempit waktunya. Ini benar-benar menunjukkan kekuatan pemerintah China di pasar batu bara dan perekonomian secara umum," sebut Ronnigen, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya -->Â Putin Tepati Janji
Kedua, dinamika di Rusia juga membuat harga batu bara anjlok. Rusia akhirnya mengalirkan pasokan ke pipa yang menuju negara-negara Benua Biru.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Negeri Beruang Merah bakal memasok gas alam ke negara-negara Eropa yang tengah dilanda krisis energi. Namun hingga awal pekan ini, janji Putin belum terealisasi.
Akhir pekan lalu, akhirnya janji itu ditepati. Rusia mulai memompa gas melalui jalur pipa di Yamal (Siberia). Jaringan ini tersambung hingga ke Jerman.
Dmitry Marinchenko, Direktur Senior Fitch Ratings, menyebut Gazprom (perusahaan gas milik pemerintah Rusia) harus memompa 170 juta kubuk meter per hari selama sebulan penuh untuk mengisi tempat penyimpnanan gas di negara-negara Eropa. Ini adalah tugas yang berat.
"Untuk menampung peningkatan kapasitas yang besar ini, Gazprom harus memesan tempat transit tambahan melalui Ukraina. Nord Stream dan Yamal tidak akan cukup," kata Marinchenko, sebagaimana diwartakan Reuters.
Pasokan gas yang kembali lancar di Eropa membuat batu bara menjadi kurang menarik. Sebelumnya batu bara menjadi buruan karena gas alam yang langka, dan kalaupun ada harganya selangit.
Kini dengan pasokan gas alam yang mulai pulih, insentif untuk menggunakan batu bara menjadi berkurang. Prospek batu bara yang suram ini membuat harga bergerak ke selatan alias turun.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA