
"Unlucky 13" Amerika, Bisa Picu Carut-marut Ekonomi Dunia!

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street belum banyak bergerak pada perdagangan Senin (8/5/2023) waktu setempat. Pelaku pasar menanti rilis data inflasi di pekan ini, pasca data tenaga kerja yang masih kuat. Dua data tersebut menjadi penentu suku bunga di AS.
Indeks Dow Jones melemah 0,17%, S&P 500 naik 0,05% dan Nasdaq menguat 0,18%. Amerika Serikat akan merilis data inflasi Rabu mendatang. Ini akan menjadi perhatian besar, sebab bisa menentukan apakah bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga, atau menghentikannya.
Data tenaga kerja AS yang kuat memunculkan ekspektasi The Fed masih akan melanjutkan periode kenaikan suku bunganya.
Jumat malam lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang April perekonomian Amerika Serikat mampu menyerap 253.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari estimasi Wall Street sebanyak 180.000 orang.
Tingkat pengangguran turun menjadi 3,4% dari bulan sebelumnya 3,5%. Padahal, Wall Street memproyeksikan naik menjadi 3,6%. Tingkat pengangguran 3,4% ini menyamai rekor terendah sejak 1969.
Kemudian rata-rata upah per jam naik 0,5% month-to-month, lebih tinggi dari ekspektasi 0,3% sekaligus tertinggi dalam satu tahun terakhir. Secara year-on-year, rata-rata upah tersebut naik 4,4% juga lebih tinggi dari ekspektasi 4,2%.
CEO Standard Chartered, Bill Winter mengatakan The Fed akan melihat data tenaga kerja pada Juni untuk menentukan apakah suku bunga akan kembali dinaikkan atau tidak. Ia menyebut, The Fed kemungkinan masih akan kembali mengetatkan kebijakanya.
"Jika siklus pertumbuhan upah reguler bisa terkontrol lagi, saya pikir The Fed akan berhenti di sini. Tetapi ini belum berakhir," Kata Winter sebagaimana dilansir ²©²ÊÍøÕ¾ International.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
(pap/pap)