"Unlucky 13" Amerika, Bisa Picu Carut-marut Ekonomi Dunia!
- IHSGÂ dan rupiah gagal menguat awal pekan kemarin, mayoritas SBNÂ juga mengalami pelemahan.Â
- Pelaku pasar merespon rilis data tenaga kerja AS yang masih kuat, Bestspoke Investment Group bahkan menyebutnya sebagai "Unlucky 13".Â
- Ketika pasar tenaga kerja AS kuat, maka The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga lagi. Artinya, resesi semakin dalam bisa terjadi dan berdampak ke ekonomi dunia.
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,27% awal pekan kemarin ke 6.769,631, rupiah yang sempat menguat akhirnya juga melemah. Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN), bervariasi.
Pasar finansial Indonesia terlihat masih akan kesulitan bangkit pada perdagangan Selasa (9/5/2023) akibat sentimen yang masih belum bagus. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar hari ini dibahas pada halaman 3.
Balik lagi ke pasar saham, sebanyak 241 saham melemah kemarin, 304 saham menguat, sementara 187 lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkan transaksi mencapai Rp10,97 triliun dengan melibatkan 23,55 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,49 juta kali.
Rupiah di awal perdagangan Senin menguat 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi di akhir sesi berada di Rp 14.695/US$, atau melemah 0,17%, melansir data Refinitiv.
Sementara SBN mayoritas mengalami pelemahan, terlihat dari imbal hasilnya (yield) yang mengalami kenaikan.
Untuk diketahui, pergerakan harga SBN berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2023 tetap tinggi sebesar US$ 144,2 miliar. Posisi ini sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2023 sebesar US$ 145,2 miliar.
Ini menjadi pertama kalinya Cadev Indonesia turun dalam enam bulan terakhir.
Menurut BI, penurunan cadangan devisa terjadi akibat pembayaran utang dan kebutuhan likuiditas.
"Penurunan posisi cadangan devisa pada April 2023 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan antisipasi dalam rangka Hari Besar Keagamaan Nasional," Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Senin (8/5/2023).
Penurunan Cadev menjadi sentimen negatif bagi rupiah, sebab "amunisi" BI untuk menstabilkan rupiah saat mengalami gejolak menjadi berkurang.
Di sisi lain, pasar finansial RI juga tertekan akibat ada kemungkinan bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga pasca rilis data tenaga kerja yang masih kuat.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Mager Tunggu Data InflasiÂ
(pap/pap)