Internasional
Diserang Bea Impor, Peternak Babi AS: Kami Korbannya
Rehia Sebayang, ²©²ÊÍøÕ¾
05 July 2018 14:09

Pada bulan April, China menghantam impor daging babi AS dengan tarif 25%, sebagai pembalasan atas tarif baja pemerintah Trump. Ketika dijumlahkan dengan pungutan impor sebelumnya, "daging putih lainnya" akan dikenai pajak impor yang mendekati 71% secara kumulatif, menurut Rabobank, dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Jumlah itu belum termasuk PPN (pajak pertambahan nilai) 10%, yang dibebankan China untuk impor produk pertanian.
Analis industri mengatakan pajak impor China yang tinggi pada dasarnya menghambat impor daging babi AS ke China, yang juga akan mulai menerapkan 25% tarif untuk kedelai pada hari Jumat ini.
"Dengan tarif bersih 81%, Anda tidak akan mengirim produk daging babi ke China," kata Christine McCracken, direktur eksekutif protein hewani di Rabobank, sebuah perusahaan jasa keuangan untuk agribisnis.
"Saya yakin pada akhir tahun produsen babi akan cukup banyak merugi. Hal itu hanya akan membuat kelebihan daging babi di pasar. Kami sudah berada dalam posisi ekspansi selama ini," tambahnya.
Pakar industri memperkirakan tarif China saja mewakili sekitar US$18 per hewan untuk produsen babi secara tahunan, atau lebih dari US$2 miliar.
Menurut Maschhoff, bea masuk itu akan menjadi beban pengeluaran sebesar US$100 juta untuk operasi peternakan keluarga yang berbasis di Illinois, yang memasarkan sekitar 5,5 juta babi per tahun, dan beroperasi di 10 negara bagian.
"Itu hanya dari satu perusahaan pertanian, dan bukan seluruh industri," kata Maschhoff. "Ini benar-benar sulit dan kami telah mengantisipasi tahun 2018-2019 yang mulus. Ini baru yang kedua kalinya kami mendapat tinta merah sejak menjalankan bisnis ini selama 37 tahun."
Bahkan beberapa perusahaan makanan besar yang berbasis di AS seperti Hormel Foods dan Tyson Foods terkena dampak perang dagang baru antara AS dan Meksiko.
Smithfield Foods yang berbasis di Virginia, produsen daging babi terbesar di negara itu, dimiliki oleh WH Group asal China, dan mengirimkan babi ke lebih dari 40 negara. Perusahaan menolak berkomentar kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
Hormel Foods memperingatkan dalam pengesahan aturan 10-Q pada tanggal 29 April bahwa "margin ekspor daging babi dapat tertekan dalam jangka pendek karena tarif ekspor ke China." Namun, perusahaan dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ mengindikasikan bahwa "hanya sebagian kecil dari daging babi kami yang diekspor. Kami akan memantau secara ketat setiap dampak pada pasar protein yang lebih luas."
Tyson memiliki eksposur ke pasar daging Meksiko dan China.
"Dengan volatilitas saat ini dalam hubungan perdagangan, kami telah mengalami ketidakpastian dalam kemampuan kami untuk mengirimkan produk dan layanan kepada pelanggan," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. "Dengan negara-negara yang mengenakan tarif pembalasan atas produk AS, Tyson Foods serta yang lain dalam makanan dan pertanian AS, akan kehilangan keunggulan kompetitif kami di pasar ekspor penting, seperti Meksiko, Kanada, dan China."
Dampak pada tarif baru terlihat diperkuat oleh ekspansi industri daging babi domestik dalam beberapa tahun terakhir, dan rekor tertinggi ternak babi yang dibahas pekan lalu oleh Departemen Pertanian AS. Perang dagang dengan China juga disebabkan karena volume ekspor ke China telah menurun dari level yang dicatat tahun 2016, ketika ada kebutuhan akan daging babi impor.
"Kami mungkin lebih mampu mengatasi kenaikan tarif (pada tahun 2016) daripada sekarang," kata Joe Schuele, juru bicara Federasi Ekspor Daging AS, sebuah asosiasi perdagangan. "Anda mendapat banyak pemasok, Uni Eropa, Kanada, Brasil, dan AS, bersaing untuk mendapatkan ruang yang lebih ketat."
"Hal itu membuat situasi menjadi lebih sulit daripada saat itu terjadi pada tahun 2016 ketika China benar-benar membutuhkan daging babi impor."
China menempati peringkat pasar terbesar kedua dari segi volume untuk produsen babi AS tahun lalu, dan nilai ekspor mencapai sekitar US$1,1 miliar, menurut USMEF. Meksiko adalah pasar volume terbesar tahun lalu dan nilai ekspor mencapai US$1,5 miliar, sedikit di belakang Jepang. (prm)
Jumlah itu belum termasuk PPN (pajak pertambahan nilai) 10%, yang dibebankan China untuk impor produk pertanian.
Analis industri mengatakan pajak impor China yang tinggi pada dasarnya menghambat impor daging babi AS ke China, yang juga akan mulai menerapkan 25% tarif untuk kedelai pada hari Jumat ini.
"Saya yakin pada akhir tahun produsen babi akan cukup banyak merugi. Hal itu hanya akan membuat kelebihan daging babi di pasar. Kami sudah berada dalam posisi ekspansi selama ini," tambahnya.
Pakar industri memperkirakan tarif China saja mewakili sekitar US$18 per hewan untuk produsen babi secara tahunan, atau lebih dari US$2 miliar.
Menurut Maschhoff, bea masuk itu akan menjadi beban pengeluaran sebesar US$100 juta untuk operasi peternakan keluarga yang berbasis di Illinois, yang memasarkan sekitar 5,5 juta babi per tahun, dan beroperasi di 10 negara bagian.
"Itu hanya dari satu perusahaan pertanian, dan bukan seluruh industri," kata Maschhoff. "Ini benar-benar sulit dan kami telah mengantisipasi tahun 2018-2019 yang mulus. Ini baru yang kedua kalinya kami mendapat tinta merah sejak menjalankan bisnis ini selama 37 tahun."
Bahkan beberapa perusahaan makanan besar yang berbasis di AS seperti Hormel Foods dan Tyson Foods terkena dampak perang dagang baru antara AS dan Meksiko.
Smithfield Foods yang berbasis di Virginia, produsen daging babi terbesar di negara itu, dimiliki oleh WH Group asal China, dan mengirimkan babi ke lebih dari 40 negara. Perusahaan menolak berkomentar kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
Hormel Foods memperingatkan dalam pengesahan aturan 10-Q pada tanggal 29 April bahwa "margin ekspor daging babi dapat tertekan dalam jangka pendek karena tarif ekspor ke China." Namun, perusahaan dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ mengindikasikan bahwa "hanya sebagian kecil dari daging babi kami yang diekspor. Kami akan memantau secara ketat setiap dampak pada pasar protein yang lebih luas."
Tyson memiliki eksposur ke pasar daging Meksiko dan China.
"Dengan volatilitas saat ini dalam hubungan perdagangan, kami telah mengalami ketidakpastian dalam kemampuan kami untuk mengirimkan produk dan layanan kepada pelanggan," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. "Dengan negara-negara yang mengenakan tarif pembalasan atas produk AS, Tyson Foods serta yang lain dalam makanan dan pertanian AS, akan kehilangan keunggulan kompetitif kami di pasar ekspor penting, seperti Meksiko, Kanada, dan China."
Dampak pada tarif baru terlihat diperkuat oleh ekspansi industri daging babi domestik dalam beberapa tahun terakhir, dan rekor tertinggi ternak babi yang dibahas pekan lalu oleh Departemen Pertanian AS. Perang dagang dengan China juga disebabkan karena volume ekspor ke China telah menurun dari level yang dicatat tahun 2016, ketika ada kebutuhan akan daging babi impor.
"Kami mungkin lebih mampu mengatasi kenaikan tarif (pada tahun 2016) daripada sekarang," kata Joe Schuele, juru bicara Federasi Ekspor Daging AS, sebuah asosiasi perdagangan. "Anda mendapat banyak pemasok, Uni Eropa, Kanada, Brasil, dan AS, bersaing untuk mendapatkan ruang yang lebih ketat."
"Hal itu membuat situasi menjadi lebih sulit daripada saat itu terjadi pada tahun 2016 ketika China benar-benar membutuhkan daging babi impor."
China menempati peringkat pasar terbesar kedua dari segi volume untuk produsen babi AS tahun lalu, dan nilai ekspor mencapai sekitar US$1,1 miliar, menurut USMEF. Meksiko adalah pasar volume terbesar tahun lalu dan nilai ekspor mencapai US$1,5 miliar, sedikit di belakang Jepang. (prm)
Next Page
'Kami Adalah Korban'
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular