²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Lampu Merah Myanmar! Investasi China Was-was, RI Kena Imbas

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
16 March 2021 07:50
Pedemo penolak kudeta militer di Myanmar masih terus lakukan aksi pada 3 Maret 2021. AP/

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - China tengah was-was di Myanmar. Pasalnya investasi Beijing di Negeri Pagoda Emas jadi sarang amukan massa dalam demo menentang kudeta junta militer Myanmar.

Pada Minggu (14/3/2021) empat pabrik China dibakar massa di kawasan industri Hlaingthaya, di Yangon. Pembakaran itu terjadi di hari paling berdarah sejak demo terjadi sebulan lebih, di mana 39 orang tewas.

Pemerintah China memberi peringatan soal kejadian pembakaran pabrik-pabrik yang didanainya di kota industri Hlaingthaya, Myanmar, Minggu (14/3/2021). China menegaskan hal ini sangatlah parah dan meminta pihak berwenang dengan tegas menyelidiki kejadian itu.

"China mendesak Myanmar untuk mengambil langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar," tulis Beijing melalui Kedutaan Besar China di Facebook, dikutip Reuters, Senin (15/3/2021).

Kedutaan juga menyebut beberapa tenaga kerja China terluka karena terperangkap di kebakaran. "Beberapa pabrik bisnis China dijarah dan dihancurkan dan banyak staf China terluka dan terperangkap," kata kedutaan tanpa memberikan rincian cedera.

China juga memberi peringatan keamanan ke semua warganya, khususnya yang memiliki aktivitas bisnis, di negeri itu. China mengingatkan aksi warga Myanmar akan membuat ketidakstabilan ekonomi mengingat Beijing telah memberikan banyak pekerjaan ke warga Burma.

Selain pabrik, sekelompok massa juga meneriakkan rencana menghancurkan pipa gas terbesar China-Myanmar pada demonstrasi akhir pekan kemarin di Mandalay. Upaya itu datang seiring bocornya dokumen pemerintah Myanmar, 24 Februari 2021.

Pejabat China telah meminta junta Myanmar untuk memberikan keamanan yang lebih baik ke fasilitas milik negeri itu. Termasuk data intelijen untuk membendung aksi kelompok etnis minoritas bersenjata di jalur pipa tersebut.

"Menjaga keamanan proyek kerja sama bilateral adalah tanggung jawab bersama baik China dan Myanmar," kata Kementerian Luar Negeri China dalam dokumen tersebut, seraya mengulangi seruan untuk "semua pihak di Myanmar untuk bersikap tenang dan menahan diri" dan untuk menyelesaikan perbedaan yang ada.

"Ini juga akan menguntungkan operasi yang aman dari proyek kerjasama bilateral," katanya.

Mandalay sendiri adalah titik jalur pipa di Myanmar yang terhubung dari Samudra Hindia ke China, yang dibangun sejak 2013. Pipa membawa minyak senilai US$ 1,5 miliar sejauh 770 km.

Halaman 2>>

China berada dalam perspektif yang buruk dimata warga Myanmar. Warga kesal lantaran sikap Beijing yang seakan-akan memihak pada junta dan tidak memberikan kecaman serta sanksi sekeras negara-negara barat.

"Jika Anda ingin berbisnis di Myanmar secara stabil, hormati orang Myanmar," kata pemimpin protes Ei Thinzar Maung, merujuk ke China.

"Hlaingthaya melawan, kami bangga padamu!" katanya lagi merujuk pembakaran pabrik China.

Tak hanya itu, kelompok demonstran lain bahkan meminta seluruh bisnis yang diadakan oleh pihak-pihak asal negeri tirai bambu untuk keluar dari negeri seribu pagoda itu.

"Bisnis China, Keluar! Keluar!" teriak selusin pengunjuk rasa di kota Mandalay.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak 1 Februari ketika militer melancarkan kudeta dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Ini mengakhiri era demokrasi selama satu dekade terakhir dan memicu protes massa setiap hari.

Militer melakukan hal ini karena mereka merasa pemilu yang dimenangkan kubu Suu Kyi pada November lalu adalah pemilu yang penuh kecurangan. Maka itu, militer menyatakan keadaan darurat selama setahun kedepan dan mengambil alih kekuasaan dan berjanji akan mengadakan pemilu ulang.

Halaman 3>>>

Sementara itu pembakaran pabrik-pabrik yang dibayai China di Myanmar membuat junta bertindak. Dua kota diterapkan status darurat militer.

Media yang dikelola pemerintah mengumumkan bahwa Hlaingthaya di Yangon dan kota tetangga Shwepyitha akan ditempatkan di bawah darurat militer. Wilayah itu menjadi pusat industri di negeri Burma, di mana sejumlah investasi China berada.

"Junta memberikan kekuasaan administratif dan peradilan darurat militer kepada komandan regional Yangon ... untuk melakukan keamanan, menjaga aturan hukum dan ketenangan dengan lebih efektif," kata seorang penyiar di TV yang dikelola pemerintah dikutip dari AFP.

Tentara dan polisi dalam beberapa pekan terakhir melakukan tindakan keras ke demonstran. Bukan hanya gas air mata, peluru karet dan tajam ditembakkan untuk memadamkan protes.

Tak hanya darurat militer, junta juga mematikan data seluler Myanmar secara nasional. Dikutip dari sejumlah media di Twitter, konektivitas internet melalui data seluler telah dipadamkan secara nasional.

Halaman 4>>

Kisruh Myanmar yang tak berkesudahan rupanya membawa dampak buruk ke RI. Nilai ekspor Indonesia pada Februari 2021 mengalami penurunan.

Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Myanmar pada Februari 2021 anjlok sebesar US$ 52,8 juta (mtm). Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BPS Suhariyanto pada Senin (15/3/2021).

"Melihat yang terjadi di Myanmar sekarang, bisa dipahami kalau ekspor Myanmar mengalami penurunan," tuturnya.

Selain ke Myanmar, Indonesia juga mencatatkan penurunan ekspor ke beberapa negara lain, yakni ke India sebesar US$ 178 juta. Ekspor ke China juga turun US$ 96,2 juta, ekspor ke Spanyol turun US$ sebesar 75,5 juta, dan Singapura US$ 49,7 juta.

Adapun aktivitas ekspor nonmigas Indonesia yang mengalami peningkatan pada Februari 2021 yakni Taiwan dengan nilai US$ 217,4 juta, Amerika Serikat US$ 186,7 juta, Swiss US$ 37,5 juta, Belanda US$ 37 juta dan Turki US$ 36,8 juta.

Ekspor nonmigas menyumbang 94,29% dari total ekspor Januari-Februari 2021. Sektor pertanian pada Januari-Februari 2020 secara tahunan (year on year/yoy) mengalami pertumbuhan 8,81%.

Sementara industri pengolahan juga tumbuh 10,29%, tambang dan lainnya meningkat 12,19%. Ekspor migas juga meningkat 7,6% dibandingkan Januari-Februari 2020.

Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$2,01 miliar, dengan total nilai ekspor sebesar US$15,27 miliar dan impor US$13,26 miliar.

Kinerja ekspor tersebut tercatat tumbuh sebesar 8,56% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara kinerja impor tercatat meningkat lebih tinggi, yaitu 14,89% dibandingkan dengan Februari tahun lalu.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular