²©²ÊÍøÕ¾

Ini Penyebab Gelombang Penularan Covid di Indonesia Terlambat

Eqqi Syahputra, ²©²ÊÍøÕ¾
10 November 2021 20:02
Konferensi Pers BNPB
Foto: Tangkapan Layar Konferensi Pers BNPB

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pandemi COVID-19 di tanah air masih belum usai sepenuhnya, meski tren kasus baru terus menurun. Untuk itu, peran masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan harus tetap konsisten dijalankan.

Ketua Bidang Komunikasi Publik, Heri Iswanto mengatakan, data Satgas COVID-19 mencatat, gelombang penularan virus COVID di Indonesia itu selalu terlambat dibandingkan dengan negara-negara lain dalam dua gelombang sebelumnya. Keterlambatan tersebut dapat terjadi hingga 30-60 hari lamanya.

"Ini penyebabnya karena memang proses penularannya yang tertunda. Tetapi kemudian juga kita harus mewaspadai bahwa satu-satunya cara yang kita bisa lakukan sekarang adalah mencegah penularan, artinya sektor penularan satu satunya adalah manusia, berarti kita harus menjalankan ini pakai masker," ujar Heri dalam acara Talk Show Dua Sejoli: Vaksin dan Masker, Rabu (10/11/2021).

Heri menambahkan, jika virus ini menimpa orang-orang yang dengan risiko tinggi komorbid atau orang-orang yang rentan, maka mereka harus segera dilindungi dengan vaksin," tambah Heri.

Vaksin menjadi penting karena menurutnya vaksin sudah terbukti untuk bisa menekan risiko kematian sampai 73%. Vaksin memang belum terbukti untuk membuat tubuh kebal, namun Heri menuturkan saat ini vaksin sudah bisa mencegah risiko kematian.

Lebih lanjut, Heri menuturkan bahwa masyarakat harus bersyukur bahwa situasi penularan sekarang sudah cukup rendah, dengan tingkat kematian di bawah 500. Selanjutnya, penurunan risiko kematian dari virus juga sudah sesuai dengan kampanye 'Dua Sejoli' saat ini.

"Bagaimana dua hal ini adalah salah satu pasangan yang harus kita satukan karena kita belajar dari negara-negara lain misalnya yang cakupan vaksinasi nya sudah di atas 80% dari populasi tetapi penularan masih cukup tinggi yakni 60.000 penularan seperti di Amerika Serikat dengan kematian harian yang masih sekitar 1000 lebih. Di Rusia juga sama, jadi ketika kita tidak jumawa tidak berpuas diri dan tetap patuh dan disiplin dengan protokol kesehatan memakai masker kemudian cepat-cepat vaksin maka kita berharap agar tidak terjadi atau kita bisa menunda terjadinya gelombang ke-3 nanti," jelas Heri.

Pada kesempatan yang sama, dia juga mengucapkan apresiasi kepada para musisi, yakni Dodi Is, Guruh Soekarnoputra, Maizura, Shakira Jasmine, serta Musica Studio's yang terlibat untuk kampanye 'Dua Sejoli' dengan adaptasi lagu Galih dan Ratna. Menurutnya, seperti syair dalam lagu ini, tidak ada yang bisa merebut sehatmu.

"Saya ingin juga mengucapkan terima kasih ke mas Guruh maupun Musica yang sudah memberikan izin untuk adaptasi lagu ini ya, sehingga menjadi materi kampanye yang sangat powerful menurut saya, responnya juga luar biasa karena disampaikan dengan ceria, itu yang tidak menakut-nakuti tetapi sebenarnya pesannya dapatnya karena kita udah 20 bulan ini ketakutan dengan terlalu banyak hal yang belum kita ketahui tentang virus ini juga ya kita masih perlu waspada," pungkas Heri.


(rah/rah) Next Article Jokowi ke Luhut: Waspada Gelombang 3 Covid-19 di Akhir Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular